Pertamina Percepat Blok Mahakam
JAKARTA – Solar yang dijual Rp 6.400 ternyata membuat PT Pertamina rugi. Atas dasar itu, perusahaan energi pelat merah tersebut berharap pemerintah tidak menurunkan harga solar untuk saat ini. Bila harganya diturunkan sampai Rp 6.200 seperti wacana saat rapat dengan Komisi VII DPR RI, kerugian Pertamina dipastikan membengkak.
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menjelaskan, kerugian jual solar saat ini Rp 351 per liter. Padahal, harga itu sudah mendapat subsidi Rp 1.000 dari pemerintah. Bayang-bayang kerugian dalam jumlah besar sudah ada di depan mata. Sebab, penugasan ke Pertamina kurang lebih 33 juta kiloliter solar. ”Dengan subsidi Rp 1.000, harga (ideal) menjadi Rp 6.900,” ujarnya kemarin.
Kerugian tersebut disebabkan solar banyak memakai produk kilang dalam negeri. Kilang-kilang yang sudah tua itu butuh ongkos produksi mahal dibanding impor. Mulai pembelian minyak mentah, proses di kilang, hingga inventori produk. Minyak mentah yang diambil dari Afrika sampai ke Indonesia paling tidak butuh 15 hari dari pengadaan bulan sebelumnya. Itulah sebabnya beban solar lebih besar daripada premium.
Menteri ESDM Sudirman Said sendiri cenderung tidak mengubah harga terlebih dahulu. Dia tidak menyinggung bisnis Pertamina yang rugi. Tapi, jelas Sudirman, harga solar yang cepat berubah bisa merepotkan penentuan harga logistik. ”Kami dalam posisi cenderung tidak mengubah harga dulu,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto kembali menegaskan kesiapannya mengelola wilayah kerja Blok Mahakam 100 persen. Proposal ambil alih Mahakam rencananya diserahkan akhir Februari 2015. Langkah Pertamina itu lebih cepat daripada rencana semula.
Pihaknya segera berdiskusi dengan komisaris terkait blok yang kini sebagian besar dikuasai Total E&P Indonesia tersebut. Pada akhir Februari ini diharapkan telah tercapai kesepakatan. Langkah itu lebih cepat dibanding rencana sebelumnya, yakni April 2015. ”Kami berharap pengelolaan Blok Mahakam dipercayakan kepada Pertamina. Kami akan bekerja sebaik-baiknya dengan pihak-pihak yang kompeten,” tegas Dwi di sela-sela acara Mangrove For Nation di Merta Sari, Bali, kemarin.
Sebelumnya surat resmi Pertamina dilayangkan kepada Kementerian ESDM akhir tahun lalu. Pertimbangan pemerintah, Pertamina telah memiliki kemampuan secara teknis dan finansial untuk mengelola Blok Mahakam. Pertamina punya kapabilitas operasi lepas pantai dengan kesuksesan meningkatkan produksi secara signifikan di Blok Offshore North West Java dan West Madura Offshore. (dim/ken/bri/c9/oki/hen)