BOGOR – Pemkot Bogor dinilai lamban dalam menangani banjir di Jalan Raya Sholeh Iskandar hingga bilangan KH Abdullah bin Nuh. Banjir yang sudah menahun itu semakin menjadi di puncak musim penghujan Februari ini.
Dimintai pendapat soal ini, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bogor Sudraji justru lempar handuk. Dia mengaku tak mampu untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, perbaikan drainase di dua jalan tersebut diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum.
”Jalan itu jalan negara, jadi pengelolaannya dilaksanakan oleh Kementerian PU. Kami sudah coba mengatasi semampu kami tapi masih belum bisa mengatasi seluruhnya. Perlu biaya besar. Kami sudah koordinasi dengan PU, tahun ini akan diperbaiki,” tukasnya.
Banjir yang menggenangi badan jalan sejak persimpangan Lotte Mart Yasmin sangat membahayakan. Terlebih banyak lubang yang tertutup genangan air dan bisa membuat pengendara sepeda motor terjatuh.
Tak hanya itu, banjir juga berimbas pada kemacetan panjang setiap turun hujan. Ketinggian air bisa mencapai 30 sampai 50 sentimeter. Tak sedikit kendaraan roda dua dan empat yang mogok saat menembus banjir, dan lagi-lagi menambah panjang kemacetan.
Wakil Ketua DPRD Kota Bogor Heri Cahyono mengaku geram melihat kondisi itu. Ia menilai itu menjadi penghalang besar bagi pembangunan Kota Bogor. Pemkot di bawah pimpinan Walikota Bima Arya sudah seharusnya cekatan dan segera melakukan perbaikan.
”Tentu saja kondisi seperti ini sangat tidak bagus bagi pembangunan Kota Bogor. Secara geografis, Kota Bogor merupakan dataran tinggi. Jika sampai terjadi banjir tentu ada yang salah dengan pembangunannya,” cetus Heri.
Karenanya, politisi Partai Golkar ini mendesak pemkot untuk segera mencari solusi. Jika tidak mampu, seharusnya pemkot segera menunjuk pihak ketiga. ”Jika pemerintah tidak mampu mendesain wilayah supaya bebas banjir, maka bisa meminta bantuan konsultan atau tenaga ahli di kementerian terkait,” terangnya.
Itu lantaran imbas dari banjir bukan hanya merugikan pengguna jalan saja. Tapi juga pemborosan anggaran pemerintah. Aspal yang selalu digenangi air tidak akan bertahan lama. Padahal anggaran yang sudah digelontorkan untuk membuat jalan sudah sangat besar. ”Dibangun dengan biaya mahal, tapi cepat rusak. Akibatnya pemborosan,” tandasnya. (jpnn/fik)