Negosiasi Tarif Angkot Berujung Deadlock

SUMUR BANDUNG – Penetapan tarif angkutan kota (angkot) di Kota Bandung belum menemukan titik terang. Pihak Dinas Perhubungan (Dishub) dan Organda belum seirama menentukan besaran penurunan tarif angkot.

Tarif Angkutan Umum
FAVORIT WARGA : Sejumlah angkutan umum (angkot) berjejal memadati Jalan Kiaracondong. Organda dan Dishub Kota Bandung menunda rapat penurunan tarif angkot karena belum mencapai kata sepakat.

Dishub dan Organda Kota Bandung telah melakukan pembahasan mengenai tarif angkot pasca turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) minggu lalu. Namun, pembahasan yang dilakukan di Kantor Dishub ini berujung deadlock. Kedua belah pihak saling mempertahankan keinginan besaran penurunan tarif.

Organda melalui ketuanya Neneng Zuraedah menginginkan, tarif turun sebesar 25 persen. Padahal, sebelumnya tarif naik sebesar 30 persen atau Rp 1.000. Sedangkan, Dishub menginginkan agar penurunan tarif sebesar 50 persen dari tarif sebelumnya.

’’Permintaan kami itu ada dasarnya. Kami perlu hitung-hitungan. Seperti, sparepart yang sekarang belum juga ada penurunan. Makanya saya minta 25 persen,’’ ujar Neneng kemarin (19/1).

Menurut dia, bisa saja Organda mengikuti saran dishub. Namun, Namun, pihaknya meminta agar ada subsidi untuk pembelian sparepart. ’’Dari awal juga saya tidak ingin ada kenaikan tarif, tapi minta disubsidi untuk angkutan. Kalau ada subsidi, tidak perlu naik,’’ katanya.

Neneng pun akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan koperasi-koperasi angkutan di bawah naungan Organda. Di antaranya, Kobanter Baru, Kobutri dan Kopamas untuk menentukan tarif baru. ’’Kami akan rapatkan dulu. Mudah-mudahan ada kesepakatan,’’ katanya.

Sementara itu, Sekretaris Dishub Kota Bandung Enjang Mulyana, mengatakan, penurunan tarif sebesar 50 persen dari kenaikan sebelumnya adalah wajar. Sebab, penurunan tarif angkot berdampak luas. Sebab, barang-barang dan kebutuhan pokok bisa ikut turun. ’’Kalau penurunannya tidak seperti itu, akan sulit,’’ kata dia.

Enjang mengatakan, pengusaha angkutan sebaiknya bisa fair menyikapi adanya penurunan harga BBM ini. Sebab, pihaknya mengkhawatirkan apabila pengusaha masih mempertahankan tarif lama, angkot akan kehilangan penumpangnya. ’’Ketika pengusaha tidak mau turun, masyarakat bisa beralih ke transportasi lain. Lebih baik fair saja,’’ tandasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan