Oscar menceritakan bahwa aplikasi karya timnya itu merupakan pengembangan dari aplikasi yang sempat dia ciptakan sebelumnya. Yakni, aplikasi Quick Disaster. ”Dengan aplikasi yang menggunakan perangkat Google Glass, para pemakai akan dipandu untuk menyelamatkan diri ketika terjadi bencana hanya dengan mengucapkan kata okay glass,” kata dia.
Aplikasi Quick Disaster pernah menyabet gelar tertinggi (Global Winner) dalam kompetisi Code for Resilience yang diadakan Bank Dunia di London, Inggris, Juni tahun lalu. Sementara itu, selain memanfaatkan Google Glass, aplikasi Realive dikembangkan di perangkat Android Wear. Android Wear merupakan perangkat keluaran Google yang berbentuk jam tangan. Dalam penggunaannya, alat itu dapat dihubungkan dengan handphone. Ketika Android Wear telah tersinkronisasi dengan handphone, semua notifikasi akan langsung muncul di dua perangkat tersebut.
Jadi, Realive merupakan aplikasi untuk menangani kecelakaan atau bencana secara real time yang dikembangkan pada Android Wear dan Google Glass. Aplikasi itu dapat memberi tahu pihak-pihak terkait dan terdekat seperti polisi, pemadam kebakaran, petugas kesehatan, dan lainnya saat terjadi kecelakaan secara real time.
Dengan memakai Realive, pertolongan bisa dilakukan dengan cepat karena informasi langsung ditujukan kepada petugas yang berada di sekitar lokasi kecelakaan dengan menggunakan perangkat wearable. Realive dapat memberikan penanganan terhadap 20 jenis kejadian. Mulai kriminalitas, kebakaran, tanah longsor, tsunami, angin topan, tornado, hingga gempa di suatu tempat.
”Bahkan, Realive juga bisa memantau berapa orang korban maupun petugas yang ada di lokasi bencana. Alat ini didesain seperti itu agar efisien saat penanganan bencana. Jadi, semisal ada bencana di tempat lain, petugas yang lain juga bisa datang ke lokasi bencana yang lain,” kata Google Student Ambassador Asia Tenggara tersebut.
Oscar menjelaskan, sebelum diundang ke Amerika Serikat untuk mempresentasikan karya di hadapan dewan juri, para peserta memperoleh data untuk diolah terlebih dulu. Selanjutnya, olahan data itu digunakan untuk pengembangan aplikasi. ”Kalau karya kami tidak sesuai yang diinginkan, pasti kami tidak diundang untuk mempresentasikan karya kami itu,” ujar dia.