BANDUNG – Harga sembako dan sejumlah komoditas pangan di Jawa Barat dalam dua pekan terakhir mengalamu kenaikan. Salah satu hal penyebab terjadinya fenomena tersebut, karena dipicu panic buying para konsumen.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, Ferry Sofwan Arief mengatakan, kemungkinan panic buying sangat besar terjadi mengingat pola belanja masyarakat menghadapi Ramadan tidak berubah.
Menurutnya, konsumen kerap menganggap awal Ramadan adalah waktu untuk berbelanja kebutuhan pangan dalam jumlah banyak. “Ini (panic buying) sangat dimungkinkan. Sebetulnya tidak perlu,” kata Ferry kepada Bandung Ekspres, kemarin (12/6).
Menurut Ferry, setidaknya ada 680 pasar tradisional dan 2.900 ritel modern yang menyediakan keperluan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu cemas karena kesiapan pasar menyediakan barang menurutnya tidak perlu menjadi kekhawatiran.
“Konsumen menyimpan cabai merah lama-lama, kita tahu itu tahan berapa lama? Kondisi ini banyak mendorong pedagang jadi spekulan,” ujarnya.
Ferry menambahkan, kenaikan harga ini malah tidak dinikmati oleh para petani di sentra-sentra produksi. Dari pantauan ke Cianjur dan Sukabumi pekan lalu, petani di sentra cabai keriting di sana mengaku harga jual ke pedagang malah turun. Hal ini terjadi karena suplai tengah melimpah baik dari dalam provinsi maupun daerah di luar Jabar.
Disperindag Jabar sendiri mengaku mendorong kabupaten/kota untuk menggelar operasi pasar (OP) khusus komoditas pertanian yang harganya fluktuatif.
Namun pihaknya meminta agar operasi pasar tersebut melihat terlebih dahulu keinginan harga dari petani agar tidak kontra produktif dan membuat petani merugi.
”Tidak semua daerah menghasilkan bawang merah misalnya, ini layak untuk operasi pasar,” imbuhnya.
Ferry pun menepis kemungkinan kabupaten/kota memakai anggaran Operasi Pasar Kepokmas untuk menggantinya dengan komoditas pertanian.
Menurutnya, provinsi lewat peraturan gubernur sudah menentukan komoditas apa saja yang bisa disubsidi oleh APBD Jabar.
Tahun ini saja pihaknya menyediakan anggaran Rp 10 miliar untuk OP Kepokmas seperti beras, gula putih, minyak goreng, telur dan daging sapi. “Daerah silahkan mengurus sendiri,” ucapnya.
Ferry menuturkan, menggelar OP komoditas pertanian berada sepenuhnya di tangan daerah, karena sentra-sentra produksi berada di sana.