Kiprah Tri Wahyuniati Subali Mengeksiskan Sekolah Gratis Merah Putih

Selain mendapat beasiswa, Yuni mencari uang dengan kemampuan seninya, mulai seni tari, seni suara, MC, hingga menjadi model busana. ’’Pokoknya, saya mengerahkan semua kemampuan saya agar anak-anak itu bisa terus bersekolah,’’ tambahnya.

Yuni hanya membutuhkan waktu tiga tahun untuk lulus dari Unibraw. Kelulusan Yuni juga spesial karena berpredikat summa cum laude. Berkat prestasi akademisnya tersebut, dia mendapat kesempatan bertemu dan berbicara dengan Daoed Joesoef, menteri pendidikan nasional ketika itu. ’’Waktu itu saya ditanya cita-citanya apa,’’ ujar Yuni.

Dia mengaku belum memiliki cita-cita yang pasti. Obsesinya ketika itu hanya ingin memiliki anak asuh sebanyak-banyaknya. Spontan saja, Daoed Joesoef tertawa mendengar jawaban Yuni. ’’Pak Daoed langsung berujar, kalau kamu ingin anak banyak, kamu harus menikah. Memang sudah punya suami?’’ papar Yuni menirukan pernyataan Daoed. ’’Memang harus menikah ya, Pak” Apa bisa punya anak tidak harus menikah” Begitu saya jawab waktu itu,’’ lanjut Yuni.

Ketika itu, Yuni sudah memiliki sekitar 25 anak asuh. Baru pada 1979 dirinya menikah dengan Andi Firman. Sosok Andi, bagi Yuni, adalah spesial karena bersedia menerima Yuni apa adanya, bahkan dengan anak-anak asuhnya yang tidak sedikit.

Setahun kemudian, Tri Kunto Wijoyo, anak pertama Yuni-Andi, lahir. Disusul anak kedua Tri Sanggrama Dananjaya Aradea dan anak ketiga Sri Bintang Pamungkas Suryatmojo pada 1987.

’’Mereka tiga nama, tapi satu kesatuan,’’ jelas Yuni soal keterkaitan nama anak-anak mereka dengan kisah wayang di negeri Astina. Dua anak Yuni telah menyelesaikan master dan sudah mentas. Tinggal anak ketiga yang ditarget menyelesaikan S-2 tahun ini.

Sebelum menetap di rumahnya saat ini, Yuni sempat tinggal di Bandung. Saat di Bandung itulah dia mendirikan lembaga bantuan hukum (LBH) bersama teman-temannya. ’’Saya sempat tinggal di Jakarta, lalu pindah lagi ke Bandung untuk menyelesaikan master di Universitas Padjadjaran (Unpad),’’ ujar Yuni yang kini menjadi salah seorang notaris yang go public di bursa saham itu.

Pada 1991 Yuni sudah memiliki ratusan anak asuh, termasuk yang dia bawa dari Malang. Dari ratusan anak asuh itu, dia menyekolahkan 50 di antara mereka hingga perguruan tinggi. ’’Di antara 50 yang kuliah itu, 47 anak lulus,’’ ujar Yuni bangga.

Tinggalkan Balasan