Rudy Hartono: Percaya Indonesia Akan Juara Piala Thomas 2020

JAKARTA – Legenda bulu tangkis tanah air Rudy Hartono sangat optimistis mengenai peluang Indonesia merebut gelar juara Piala Thomas 2020. Kepercayaan diri Rudy berdasar pada kekuatan yang dimiliki skuad Merah Putih saat ini.

Pria yang pada 18 Agustus nanti tepat berusia 71 tahun itu menilai materi pemain Indonesia sangat dalam. Khususnya di ganda putra yang menjadi kekuatan utama.

Kita punya tiga pasangan yang menempati enam besar dunia. Yakni, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo (peringkat pertama), Mohamad Ahsan/Hendra Setiawan (2), dan Fajar Alfian/Rian Ardianto (6). Dengan kekuatan seperti itu, ganda putra sangat bisa menjadi tumpuan. ”Nah, nanti tinggal di tunggalnya harus bisa merebut satu pertandingan,” kata Rudy kemarin (6/8).

Menurutnya, kekuatan tunggal Indonesia sebenarnya tidak kalah keren. Skuad Thomas hampir pasti diisi Anthony Sinisuka Ginting (peringkat ke-6), Jonatan Christie (7), dan Shesar Hiren Rhustavito (18). Semestinya, mereka mampu mengamankan satu poin saja. Namun, dalam pertandingan beregu, ada faktor lain yang turut menentukan. Yakni, mental bertanding.

Dia menjelaskan, dalam event dengan gengsi tinggi seperti Piala Thomas, pemain mendapat tekanan yang cukup besar. Sebab, mereka tidak hanya membawa nama pribadi, melainkan tim. Tekanan itu pula yang sering kali membuat pemain tidak mampu mengeluarkan kemampuan terbaik.

Hal itu terjadi pada Jonatan saat tampil di ajang Badminton Asia Team Championship (BATC) 2020 di Manila, Filipina, Februari lalu. Jonatan sering mengalami kekalahan melawan pemain yang secara ranking berada di bawahnya.

Dalam laga final BATC melawan Malaysia, misalnya. Dia takluk oleh Cheam June Wei, pemain yang menduduki peringkat ke-72. ”Soal mental itu tidak bisa hanya (ditanamkan) lewat brifing. Tapi harus dibangun selama persiapan,” jelasnya.

Karena itu, dia berharap para pemain Indonesia mampu memanfaatkan simulasi Piala Thomas dan Uber yang rencananya diselenggarakan PBSI pada September. Dalam ajang simulasi itu, setiap atlet diharapkan bisa mencoba berbagai teknik yang sebelumnya jarang dilakukan. ”Ngenet (netting), ngelob, ngecop harus akurat. Jangan malah mati sendiri,” tuturnya.

Selain itu, atlet harus memikirkan strategi bermain yang akan dipilih. Bermain langsung menyerang atau lebih menunggu dengan bertahan yang selanjutnya melancarkan serangan balik.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan