Portofolio Pandemi Virus sebagai Pendekatan Pembelajaran di Rumah

BANDUNG- Seorang guru dalam akun FB-nya menyampaikan ilmu hikmah di balik Wabah Covid-19, dengan judul Tafakur Diri, sebagai berikut:

Ada banyak hal yang bisa jadi bahan tafakur diri. Untuk kita yang disebut mereka “guru”…tanpa anak anak siapalah kita. Sejatinya tanpa mereka  kita bukan siapa siapa dan bukan apa apa.

Pekerjaan kita ada karena keberadaan mereka. Bayangkan jika pembelajaran online mengganti sekolah (selamanya). Mereka tidak perlu kita, karena dengan mudah mereka mendapatkan banyak hal dari Google dan aplikasi online lain yang sudah sangat luar biasa dibanding kita.

Mari saatnya perbaiki kualitas diri supaya mereka tetap merasa butuh kita ada.
Di sisi lain hikmah dari wabah ini adalah para orangtua (ibu-ibu terutama) merasakan bagaimana tugas bapa ibu guru di sekolah.

Padahal hanya satu anak ya bu. Bapa ibu guru siswanya 32 anak lho di satu kelas. Jika beberapa kelas menjadi lebih banyak lagi. Jadi, saatnya menghargai peran ibu bapa guru di sekolah.

Mudah-mudahan tidak ada lagi kasus-kasus mengerikan dan memprihatinkan perlakuan kasar terhadap bapak ibu guru. Percayalah bu, bapak ibu guru ingin memberikan yang terbaik untuk putra putri ibu.

Satu hal yang luar biasa hikmah dari kondisi sekarang ini adalah terjalin lagi kedekatan dan kemesraan antara ibu dan anak anak. Yang selama ini ibu disibukkan dengan pekerjaan kantoran dan pekerjaan sosialita ibu-ibu, sekarang saatnya ibu-ibu menemani putra putrinya belajar.

Sambil memeluk mereka mengusap kepala mereka dengan bisikan doa…Robbi habli minas sholihin. Saatnya membuat masakan istimewa buat mereka dan mungkin menyuapi mereka.

Ikhlaskan. Ketika kita ikhlas semua beban berat menjadi ringan. Kembalikan kepada Allah. Bukankah virus kecil yang membuat resah semua itu ciptaan Allah? Percaya bahwa Allah tidak pernah sia-sia menciptakan ciptaan-Nya.

Kondisi saat ini adalah ujian dari Allah SWT atas berbagai keangkuhan dan kesombongan kita. Seperti bunyi bait syair salahsatu lagu Ebit G. Ade, “mungkin Allah mulai bosan melihat tingkah kita (manusia) yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa”.

Tinggalkan Balasan