Siswi SMAN 3 Bandung Butuh Dukungan

BANDUNG – Berawal dari rasa keingintahuan, dua sahabat, Tiara Nadita dan Muthia Naila Putri Yudia, siswi kelas XII MIPA 6 SMA Negeri 3 Bandung, menciptakan inovasi sistem pendeteksi masa panen madu berdasarkan perubahan intensitas bunyi buzzer dengan menggunakan nodemcu dan internet of things (IoT).

Tiara, yang ditemui di Gedung DPRD Kota Bandung, Selasa (15/10), mengaku, ide ini muncul ketika dirinya melihat sebuah peternakan lebah di daerah Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat.

“Kita melihat apa yang dibutuhkan, apa yang belum dipenuhin di sana, dan kita buat alat agar peternak lebahnya efisien untuk ngambil madu yang mau dipanen. Apalagi, di sana ada sekitar 10 ribu hektar, dan peternak lebahnya gak selalu muda, pasti ada capeknya,” bebernya.

Berangkat dari situ, keduanya berpikir untuk menciptakan alat yang dapat mendeteksi apakah sarang madu telah penuh atau belum. Hal ini bisa mengefisiensi waktu maupun tenaga, karena peternak tak lagi berjalan jauh maupun mengandalkan perasaan, ketika memanen madu.

“Jadi kami menggunakan IoT, apalagi sekarang semua serba digital, sudah masuk industri 4.0. Jadi kita membuat alat yang bisa membuat efisien untuk peternak madu,” paparnya.

Pihaknya kemudian mengembangkan penelitian berbasis nodemcu dan IoT, sehingga peternak tidak perlu lagi memeriksa kotak eram yang berisikan sarang lebah di lahan yang sangat luas. Pada saat pengambilan data lebah pun tidak terganggu, karena sarang tak perlu dibongkar hanya mengandalkan suara buzzer yang intensitas bunyinya dibaca oleh mikrofon, dan data dikirim ke server IoT.

“Kita buat alat dari nodemcu yang sudah support wi-fi, support IoT, dan kita programming sendiri agar alat ini bisa connect ke web atau aplikasi yang membuat si peternak lebahnya monitoring sarang lebah,” urainya.

Inovasi ini lolos kualifikasi pada peringkat 50 besar se-Indonesia tingkat SMA dan peringkat 11 untuk kategori Bidang Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai perwakilan Kota Bandung, dalam kompetisi Lomba Karya Ilmiah Remaja yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Meski begitu, Tiara mengaku, membutuhkan dukungan dari sejumlah pihak untuk mengikuti kompetisi karya ilmiah tingkat nasional ini. Pasalnya, keduanya bakal mengikuti pameran dan melakukan presentasi hasil penelitian mereka selama lima hari.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan