PHBS Minimalisir Stunting

SOREANG – Dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak, Tim Pembina (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Bandung bersama PT Unilever Indonesia menggelar training of trainers (TOT) Mother Programme.

Ketua TP PKK Kabupaten Bandung Kurnia M. Naser mengatakan, implementasi tujuh pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

”Tujuh pembiasaan yang diterapkan diantaranya, cuci tangan pakai sabun(CTPS), makanan beragam, bergizi, seimbang dan aman. Kamar mandi bersih dan higienis, kelola sampah rumah untuk mencegah DBD. Jika hal itu menjadi kebiasaan masyarakat, kami yakin bisa meningkatkan indeks kesehatan,” kata Kurnia saat di temui di Soreang, Kamis, (29/8).

Menurutnya, dengan mengimplementasikan kebiasaan tersebut, kasus stunting di Kabupaten Bandung dapat ditekan. Sebab, sebagian besar desa di Provinsi Jawa Barat (Jabar) masih mengalami prevalensi stunting yang tinggi. 40 persen diantaranya di Kabupaten Bandung.

”Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak, karena terhambatnya pertumbuhan tubuh dan otak akibat kekurangan gizi. Hal ini terjadi karena pola asuh dan pola asupan gizi yang kurang baik. Sampai saat ini terdapat beberapa desa, sehingga menjadi prioritas penanganan stunting, mengingat prevalensinya yang cukup tinggi,” tuturnya.

Kurnia menjelaskan, untuk mengantisipasi hal tersbut, Ia berpesan kepada seluruh peserta agar dapat mengikuti TOT Mother Programme dengan sungguh-sungguh. Sehingga, ilmu yang didapat bisa disampaikan kepada masyarakat disetiap desa.

“Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih kepada TP PKK Pusat dan PT. Unilever yang telah menjadikan Kabupaten Bandung sebagai lokus TOT Mother Programme. Hal ini, menjadi upaya pencegahan stunting. Saya berharap, kepada semua kader PKK yang mengikuti kegiatan tersebut  bisa mengimplementasikan kemabali di daerah masing-masing,” harapnya.

Sementara Kelompok Kerja (Pokja) 4 TP PKK Pusat Dr. Syahril menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan stuning, khususnya pada 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). ”Beberapa penyebab stunting antara lain, kurang baiknya praktek pengasuhan, kurangnya akses makanan bergizi, akses air bersih dan sanitasi, serta terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ante natal care(ANC), post natal, dan pembelajaran dini yang berkualitas,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan