Lahan Kritis di Cicalengka Akan Ditanami 4.000 Pohon Keras

CICALENGKA – Sebanyak 4000 bibit pohon dari BPDAS Cimanuk-Citanduy secara simbolis diserahkan oleh
Anggota DPRD Kabupaten Bandung Fraksi PDI Perjuangan Mochammad Luthfi Hafiyyan kepada Kelompok Eco Village Sabilulungan, di Desa Dampit, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Minggu (17/11).

Luthfi mengungkapkan, ribuan bibit tersebut akan ditanam di wilayah Blok Cileutik Kampung Tokiang Rt 005 Rw 003 Desa Dampit. Pohon keras yang diberikan, katanya, ada beberapa jenis, yakni pohom alpukat, sirsak, nangka dan salam masing-masing 1.000 pohon.

“Sebagai anggota dewan dari Dapil 4, saya memfasilitasi kebutukan bibit pohon dari Kelompok Eco Village Sabilulungan yang selanjutnya akan ditanam di salah satu titik lahan kritis di Desa Dampit,” ungkap Luthfi usai penyerahan bibit pohon.

Luthfi juga mengatakan, penanaman pohon itu akan dilaksanakan dengan melibatkan peran serta masyarakat di lahan seluas satu hektar di kawasan daerah tangkapan air hujan di DAS Sungai Citarik itu yang juga merupakan salah satu penyangga mata air Sungai Citarum dan guna meningkatkan daya serap air tanah.

“Penghijauan ini bukan sekedar penanaman pohon, namun juga memberdayakan kelompok tani dan aktivis lingkungan seperti Kelompok Eco Village Sabilulungan untuk pemeliharaan dan pemanfaatannya lebih lanjut.
Saya berharap penghijauan ini tidak semata peran serta dalam penyelamatan lahan kritis melainkan juga memiliki nilai manfaat dan kegunaan,” kata Luthfi

Sementara itu, Kordinator Kelompok Eco Village Sabilulungan Aep Saepudin menambahkan, penghijauan ini untuk menanami lahan yang tidak produktif dalam rangka mendukung program Citarum Harum.

“Selain itu penanaman juga dilakukan untuk meningkatkan resapan air, mencegah erosi dan banjir. karena daerah ini merupakan kawasan perbukitan penyerapan air untuk penduduk setempat dengan kontur tanah gembur dan mudah longsor,” jelasnya.

Menurutnya, akses jalan jadi untuk menuju lokasi penghijauan dilaksanakan di Blok Cileutik Kampung Tokiang Desa Dampit. “Karena akses jalan belum memadai, sehingga masyarakat merasa kesulitan untuk menggarap lahannya karena resikonya cukup tinggi, seperti biaya angkut bibit, pupuk, dan yang lainnya,” tandasnya. (yul)

Tinggalkan Balasan