Kemiskinan Etika yang Merusak Suasana Duka

Tidak ada yang patut untuk disalahkan dalam bencana tsunami yang kemarin sempat terjadi pada sekitar wilayah Banten dan Lampung tersebut. Semua merupakan kehendak Tuhan, sehingga sehebat apapun yang manusia lakukan tidak akan bisa melawan kehendak Tuhan. Pascabencana tsunami yang terjadi, suasana duka pun tentunya masih membekas dibenak masyarakat Indonesia, karena memang di dalam kultur masyarakat Indonesia, ketika suatu daerah mengalami bencana, maka yang berduka tidak hanya daerah tersebut saja, tetapi suasana berduka juga dirasakan oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Bantuan dari seluruh lapisan masyarakat yang berada di Indonesia pun terus mengalir dengan begitu deras, sehingga pada akhirnya beberapa tokoh dunia pun ikut mengucapkan belasungkawa kepada para korban.

Ketika melihat suasana pada saat ini, Banten dan Lampung masih dikatakan sebagai darurat bencana, karena Gunung Anak Krakatau masih mengeluarkan erupsinya, sehingga karena hal tersebut lah yang mengakibatkan perubahan status Gunung dari waspada menjadi siaga level 3. Namun demikian, permasalahan yang saat ini terjadi bukan hanya soal erupsi saja, tetapi juga yang harus dipikirkan yaitu, “apakah masyarakat yang tempat tinggal dan anggota keluarganya menjadi korban keganasan tsunami, akan merasakan kedamaian yang sama seperti sebelumnya? Lalu, bagaiamana kehidupan mereka setelah semuanya menjadi normal?”.

Dalam hal ini, tentunya permasalahan tersebut akan menjadi serius, dan akan menjadi semakin pelik jika terus menerus dibiarkan begitu saja. Solusi yang paling dibutuhkan pada saat ini adalah dengan mengutamakan kepedulian kita terhadap para korban, sehingga dengan menerapkan kepedulian yang baik, tentunya akan memberikan dampak yang baik juga terhadap semua masyarakat yang menjadi korban. Oleh karena itu, menciptakan kepedulian tidak semudah yang kita bayangkan, karena kepedulian hanya akan datang dari individu yang mempunyai rasa empati yang baik, bukan datang dari individu yang tidak mempunyai kepekaan terhadap masyarakat yang menjadi korban dalam bencana tersebut.

Tetapi yang sangat disayangkan, tidak semua masyarakat Indonesia mempunyai kepekaan yang baik, karena pada kenyataanya ketika bencana alam baru saja terjadi, tiba-tiba ruang publik di Indonesia justru diwarnai dengan sensasi-sensasi yang tidak bermutu sama sekali. Misalnya saja mengenai kedatangan Presiden Joko Widodo pada beberapa hari yang lalu, yang sempat dipolitisir oleh beberapa oknum yang tidak mempunyai etika. Sehingga pada akhirnya persepsi masyarakat yang berada di ruang publik dibuat sedimikian rupa, untuk menganggap bahwa, kedatangan Jokowi di lokasi bencana hanya melakukan pencitraan yang dibuat-buat. Begitu pun dengan maraknya berita hoaks yang menakut-nakuti masyarakat mengenai tsunami susulan, yang juga dilakukan oleh oknum yang tidak sama sekali mengutamakan etika dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat. Kedua hal tersebut merupakan contoh bahwa kemiskinan etika di negeri ini sudah merusak semua kepedulian masyarakat.

Tinggalkan Balasan