Jarwo Susanto, Pengusaha Tempe yang Merambah Pasar Luar Negeri

Karena itu, Jarwo memutar otak agar bisa memasarkan produk tempenya. Salah satunya melalui cerita dirinya saat merintis usaha tersebut. Mulai menjadi buron polisi sampai memutuskan belajar membuat tempe.

Cerita itu awalnya hanya disebar dari mulut ke mulut. Hingga akhirnya, ada wartawan sampai penulis buku yang tertarik untuk menuliskan kisahnya. Bahkan, biografinya ditulis Mustofa Sam dalam buku berjudul Jarwo Susanto si Arek Dolly. ”Saya dinilai paling vokal dalam menolak penutupan itu,” ucapnya.

Hal itulah yang membuat merek tempenya kian diminati. Jarwo mengaku usaha yang dirinya geluti sekarang memang tidak semoncer warung kopinya dulu. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, penghasilannya kian meningkat. Yang awalnya hanya mendapat omzet Rp 5 juta per bulan sekarang bisa sampai Rp 30 juta per bulan.

Pelanggan tempenya juga sudah merambah kalangan pejabat. Mulai pejabat organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkot Surabaya sampai pejabat Pemprov Jatim. Setiap bulan Jarwo juga melayani pesanan satpol PP dan dinas sosial (dinsos). Dua instansi itulah yang paling rutin pesan. ”Untuk dua dinas itu bisa sampai 2.000 biji tempe setiap bulan,” terangnya.

Usaha tempenya juga mendapat perhatian dari kampus-kampus negeri maupun swasta di Kota Pahlawan. Jarwo kerap menjadi jujukan mahasiswa untuk belajar wirausaha. Sampai-sampai, ada turis dan mahasiswa dari luar negeri yang tertarik dengan tempe dan ceritanya. ”Itu jadi motivasi saya untuk mengembangkan usaha ini sampai ke mancanegara,” jelasnya.

Keinginan mengembangkan usaha ke luar negeri akhirnya menemukan jalan. Pada Februari, salah seorang teman Jarwo yang bekerja di Belanda tertarik untuk memasarkan produknya ke Negeri Kincir Angin tersebut.

Tawaran itu diterima dengan senang hati. Jarwo menitipkan produknya untuk dipromosikan di Belanda. Namun, yang diambil belum banyak. Baru 20–100 biji per bulan. Sebab, rasa tempe akan berubah setelah empat hari.

Menurut Jarwo, setiap orang sejatinya punya kesempatan yang sama untuk mengembangkan bisnis ke mancanegara. Kuncinya, harus percaya dan yakin bahwa kualitas produk yang dimiliki bisa bersaing dengan produk di negara lain. ”Misalnya, tempe. Sebetulnya tempe orang Indonesia itu lebih enak daripada yang ada di sana (luar negeri, Red). Karena itu, banyak yang suka,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan