ISTILAH “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal belakangan ini. John Howkins, seorang penulis dan pembicara di Inggris menyadari bahwa telah lahir siklus ekonomi baru yang berbasis kreatifitas pada abad 19. Lewat bukunya yang berjudul “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” Howkins mendefinisikan Ekonomi Kreatif adalah “The creation of value as a result of idea”.
Bukan tanpa alasan, Amerika Serikat pada saat itu bisa menghasilkan produk dengan Hak Kekayaan Intelektual senilai 414 Miliar Dollar, sehingga pada tahun 1990 an dimulailah era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreatifitas dan popular dengan sebutan Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif.
Dalam sebuah wawancara dari World Intellectual Property Organization (WIPO) di tahun 2005, Howkins secara sederhana menjelaskan, di era Ekonomi Kreatif kegiatan ekonomi dalam masyarakat harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak lagi hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat hari ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.
Dulu di ruang-ruang kelas bisnis atau manajemen, pada saat mengerjakan tugas terkait analisis pesaing taksi Blue Bird contohnya, yang terfikir hanya Gemah Ripah, Cipaganti, atau perusahaan taksi sejenis. Hal tersebut tidak salah jika mengacu pada definisi pesaing yaitu perusahaan/individu yang menjual barang yang sama dengan target pasar yang sama, namun pada era industri yang begitu terbuka, dinamis, dan kreatif, kita tidak pernah berfikir bahwa saingan taksi Blue Bird sesungguhnya bukan perusahaan sejenis, melainkan seorang mahasiswa yang sedang duduk di bangku kuliah Harvard yang bernama Nadiem Anwar Karim yang sekarang menjadi CEO Go-Jek sebelum pada akhirnya muncul perusahaan sejenis seperti GRAB.
Ketidakterbatasan ide pada akhirnya menunjukan bahwa saat ini kita tidak hanya bisa mengandalkan bidang industry “biasa” sebagai sumber ekonomi di negaranya tetapi kita harus lebih mengandalkan Sumber Daya Manusia yang kreatif karena kreativitas manusia itu berasal dari daya pikir yang menjadi modal dasar untuk menciptakan inovasi untuk menciptakan value added pada produk yang diharapkan mampu bersaing di kompetisi pasar yang semakin besar.