Kejahatan Cyber Bakal Naik Drastis, Polri Sekolahkan Anggota ke Luar Negeri

bandungekspres.co.id – Perkembangan dunia digital yang kian cepat, ternyata dibuntuti dengan makin banyaknya kejahatan cyber (cyber crime). Polri memprediksi ancaman kejahatan cyber akan jauh lebih besar dalam beberapa tahun ke depan. Karena itu, Korps Bhayangkara tersebut berupaya mengimbangi dengan menyekolahkan 70 perwira menengah-nya.

Ada sejumlah kejahatan cyber yang diungkap beberapa waktu lalu. Di antaranta, penipuan via telepon yang dilakukan puluhan warga Tiongkok di Bandung, seorang warga Bulgaria Dimitar Nikolov yang terlibat kasus skimming, dan puluhan kasus lain juga telah diungkap.

Kerugian karena kasus-kasus cyber itu juga mencapai angka yang fantastis. Misalnya, untuk kasus Dimitar yang diprediksi telah mencuri uang dari ATM senilai miliaran rupiah. Korbannya sebagian besar merupakan orang asing.

Menko Polhukam Luhut Pandjaitan mengatakan, ancaman kejahatan di masa depan yang cukup besar itu berasal dari kejahatan cyber. ”Karena itu, perlu persiapan yang lebih baik untuk menghadapinya,” tuturnya. Salah satunya, lanjut dia, dengan mengirimkan anggota kepolisian untuk sekolah keluar negeri, terutama untuk bidang information technology (IT). ”Ini agar kinerja Polri lebih baik,’ ujar mantan Dankodiklat TNI AD tersebut.

Tahun ini ada 70 anggota Polri yang dikirim ke luar negeri agar menjadi penyidik profesional. Harapannya, kejahatan cyber bisa ditekan karena Polri memiliki anggota yang ahli soal cyber. ”Kejahatan berkembang, penegak hukum juga harus terus belajar,” ujarnya.

Tidak hanya itu, rencananya setidaknya ada 200 perwira kepolisian yang akan belajar di luar negeri. Dengan begitu, ke depan Polri tidak hanya mampu memiliki manajemen yang baik. ”Sekarang sudah sangat professional, tapi perlu peningkatan,” paparnya.

Sementara Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi salah satu yang memicu kenaikan kejahatan cyber. Hal itu dikarenakan banyaknya orang asing yang bekerja di Indonesia. ”Tentunya, tidak semuanya bekerja disini. Bisa jadi ada yang ingin tinggal disini, tapi untuk menipu orang negara sana,” paparnya. (idr/agm/vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan