Harga Istimewa, Ibukota ”Makan” Tembaga

bandungekspres.co.id – Penemuan gulungan kulit kabel tanpa tembaga milik PT PLN yang ditemukan oleh petugas unit reaksi cepat (URC) Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, di salah satu saluran air Jalan Astanaanyar, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Kamis (17/3) lalu. Bangkai-bangkai kabel tersebut dituduh menjadi salah stau penyebab terjadi banjir akibat menyumbat saluran air.

Kepala Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Agus Safrudin mengatakan, tidak menduga jika yang menyumbat saluran air yang memiliki kedalaman 1,5 meter dan lebar 1 meter tersebut akibat gulungan kulit kabel.

’’Karena sering terjadi banjir jadi kita bersihkan gorong-gorong itu. Ternyata penyebabnya gulungan kulit kabel yang sudah tidak bertembaga,’’ katanya di Jalan Cianjur,  Kota Bandung belum lama ini.

Agus mengungkapkan, sebelumnya dia belum bisa memastikan siapa pemilik kabel tersebut. Apakah milik PT Telkom atau perusahaan listrik negara (PT PLN). Sebab, untuk pemasangan kabel di saluran air sebenarnya tidak diperkenankan.

”Namun demikian bisa dilakukan apabila kontraktor membuat konstruksi khusus agar tidak menghambat aliran air,” urainya.

Sementara itu,  H Hidayat, 45, salah seorang pengusaha barang bekas (rongsokan, Red) menjelaskan, harga tembaga hingga saat ini masih cukup lumayan tinggi harganya. Dirinya pun biasa menerima Rp 24.000 per kilo dari para pengepul. ”Biasanya, lain kota lain juga harga yang diterima,” kata Hidayat di kawasan Gedebage Kota Bandung belum lama ini.

Jika dikalkulasikan, 400 meter kabel tembaga yang diklaim telah dicuri dari PLN dikalikan Rp 24.000 per kilogram. Maka hasilnya Rp 9.600.000. Itu di satu lokasi yang diketahui.

Hidayat mengatakan, ada acuan kenapa satu kilogram kabel tembaga menjadi mahal. ’’Tidak semua tembaga harganya sama. Kalau yang rambutnya tebal bisa lebih mahal dari pada tembaga yang berambut tipis,’’ tandasnya.

Dia sendiri tidak mengolah hasil tembaga tersebut. Dia mengaku hanya pemasok kecil di Kota Bandung. Muaranya, kembali ke Jakarta. ”Biasanya yang dibeli dari tukang rongsok kecil, saya beli dan saya jual lagi ke penampung besar di Tanah Abang, Jakarta,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan