Rp 13.000, BI Tegaskan Tetap Jaga Stabilitas

JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sempat menguat tipis, kemarin (12/3). Meski begitu, rupiah masih tertekan di level Rp 13.000. Pemerintah pun mulai ketar-ketir menyikapi hal tersebut.

Kemarin, Menkeu Bambang Brodjonegoro mengundang beberapa pejabat Bank Indonesia (BI), yakni Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo dan Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung dan beberapa pakar ekonomi.

Menurut Bambang, pertemuan tersebut membahas rencana sejumlah kebijakan yang akan diberlakukan dalam waktu dekat, untuk menjaga stabilitas kurs rupiah. Di antaranya, kebijakan pemberitan tax allowance, pemberlakuan bea masuk antidumping, penertiban transaksi valas hingga rencana pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi industri galangan kapal. Pihaknya pun berjanji segera merampungkan rencana paket kebijakan tersebut, sehingga bisa segera diberlakukan.

’’Besok (hari ini) akan dibahas lebih lanjut dengan kementrian-kementrian lainnya, karena akan dikeluarkan dalam bentuk peraturan kementrian terkait,’’ papar Bambang usai pertemuan di Gedung Juanda, Kemenkeu, kemarin.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengamini pernyataan Bambang tersebut. Namun dia menekankan bahwa BI akan tetap berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan kondisi moneter. Pihaknya pun telah melakukan intervensi.

’’Kami tetap konsisten stabilitas, kami sudah lakukan intervensi valas dalam jumlah besar. Kami juga membeli SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder. Pokoknya, don’t any argu terhadap komitmen BI untuk lakukan stabilitas,’’ paparnya, kemarin.

Dalam perkembangan lainnya, BI memproyeksikan neraca perdagangan Februari surplus sekitar USD 500 juta. Menurut Perry, ada beberapa faktor yang bisa menyumbang surplus tersebut. ’’Ya kan ekspornya naik, ada beberapa komoditas manufaktur naik dan ada beberapa perbaikan harga barang komoditas seperti CPO, impornya juga masih turun,’’imbuhnya.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan stress test untuk mengantisipasi gejolak pelemahan rupiah di industri keuangan. Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis mengungkapkan, hasil dari stress test tersebut mengindikasikan bahwa kondisi perbankan tanah air tetap stabil meski dolar bertengger di level Rp 14.000.

’’Dengan melakukan stress test dengan variabel-variabel tertentu sudah diperoleh hasil bahwa meski rupiah tembus ke level Rp 14.000, kondisi ketahanan perbankan tanah air tetap kokoh,’’ ujarnya di Jakarta, kemarin (12/3). Variabel tersebut yakni pertumbuhan ekonomi, kredit macet, utang valas, dan efek lanjutan lainnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan