Jabar Kembangkan Agroforestry untuk Citarum Bestari

BANDUNG – Sebagai langkah untuk mendukung pelaksanaan program Citarum Bestari, Jawa Barat akan mengembangkan pola Agroforestry di kawasan hulu Sungai Citarum. Pola ini akan melibatkan masyarakat setempat, sehingga dapat sekaligus memberikan dampak terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Agroforestry atau lebih dikenal dengan istilah Wanatani merupakan sebuah bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian.

Konsep ini ditawarkan oleh BUMN Lestari kepada Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dalam sebuah audiensi di Rumah Dinas Wagub Jabar, Jalan Ir. H. Juanda Nomor 148 Bandung, pada Kamis (12/2) dan didukung serta diapresiasi penuh oleh Wagub. Usai audiensi, Direktur Utama BUMN Lestari Ali Rahman mengatakan program ini sepenuhnya akan melibatkan masyarakat, karena lahan serta tanaman yang akan dikembangkan disesuaikan dengan keinginan masyarakat.

”Kami bekerja di atas lahan milik masyarakat, tentu dalam proses kerjasamanya kita banyak bertanya kepada masyarakat. Kita kemas dalam program pengkajian desa partisipatif. Jenis tanamannya yang pasti modelnya agroforestry, jenis tanamannya tentunya sesuai dengan keinginan masyarakat, sesuai dengan kondisi tempat penduduknya,” ungkap Ali.

Ali mengatakan salah satu tanaman yang nantinya akan dikembangkan yaitu kopi Java Preanger, karena menurutnya kopi ini sudah memiliki nama dan Jawa Barat sebagai sentra produksi dari kopi tersebut. Untuk itu, program tersebut akan fokus terhadap pengembangan kopi arabica ini.

Ali mencontohkan dari satu pohon kopi misalkan dengan hasil 1 Kg kopi dengan populasi 2000 pohon akan dapat menghasillkan 2 ton kopi. Dan apabila harga eceran yang berlaku dipasaran Rp 6.000 per Kg, maka hasil yang di dapatkan bisa mencapai Rp 12 juta dalam satu kali masa tanam. Untuk itu, Ali pun percaya program pengembangan ini akan memberikan dampak ekonomi serta keuntungan kepada masyarakat, tentunya dengan pemeliharaan serta pengelolaan yang baik, sehingga selain memiliki fungsi sebagai ekologi konsep ini pun dapat memberikan keuntungan ekonomi.

Konsep ini akan dilakukan melalui kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti Perhutani dan PTPN VIII yang dapat dikembangkan lebih jauh lagi menjadi kawasan agrowisata seperti Doi Tung Project di Thailand, yang menjadi proyek percontohan dari kesuksesan penerapan konsep ini. ”Kemungkinan nanti akan ada beberapa lokasi yang akan kami setting dan siapkan unutk seperti Doi Tung. Nanti kami akan bekerjasama dengan Perum Perhutani dan mungkin PTPN VIII untuk men-setting kawasan agrowisata berbasis ekologi,” papar Ali kepada wartawan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan