Awan Kelam FIFA

”Ini tidak dapat terus seperti ini. Dengan segala hormat pada semua orang yang berada di sini hari ini: selalu negara-negara kecil menjadi mayoritas. Tapi, negara seperti Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugal, Belanda, dan banyak lagi –yang membuat sepakbola dunia menjadi olahraga yang besar,” tutur Van Oostveen seperti dilansir Goal.

”Mereka (negara-negara kecil) harus mengambil lembaran kosong dan menciptakan sebuah organisasi FIFA baru dengan beranggotakan sesama negara kecil. Saya tahu, bila di luar Eropa, di Amerika, Kanada, Australia, dan sejumlah negara Asia, orang berpikir seperti itu,” sambungnya.

Dia mengatakan, Sepp tidak memiliki rencana konkret untuk FIFA. Dengan sistem yang ada, kata dia, mereka pun akan terus melakukan aksi protes atas terpilih laginya Sepp. ”Kami harus melanjutkan protes kami,” tegas pria berusia 45 tahun itu.

Nada sinis Sepp pun belum hilang. Usai kapten legendaris Portugal, Luis Figo dan CEO KNVB (Koninklijke Nederlandse Voetbalbond) Bert van Oostveen, kali ini giliran Presiden FA, Greg Dyke buka suara.

Dyke mengaku skeptis, Blatter yang sudah menjabat sebagai Presiden FIFA sejak 1998 itu, akan membawa induk organisasi sepakbola tertinggi di dunia itu menjadi lebih baik. Selain itu, Dyke juga percaya, jabatan Blatter kali ini akan berakhir seumur jagung. Acuannya FIFA skandal korupsi, pemerasan, dan pencucian uang.

“Kejadian yang terjadi pada pekan ini sangatlah dramatis untuk FIFA, tetapi saya tidak dapat melihat FIFA mereformasi dirinya di bawah kepemimpinan Blatter. Dia memiliki waktu selama 16 tahun untuk mereformasi susunan FIFA, tetapi dia tidak melakukannya,” kata Dyke seperti dilansir BBC Sports kemarin.

Sebelumnya, Dyke sempat memberikan ancaman. Apabila Blatter kembali terpilih sebagai Presiden FIFA, dia akan memboikot gelaran Piala Dunia 2018 di Rusia. Akan tetapi, Dyke mengatakan bahwa Inggris tidak akan melakukan hal tersebut sendirian.

”Inggris tidak akan sendirian mundur dari ajang apa pun dan Anda bisa yakin akan hal tersebut. Itu akan konyol. Saya pikir bakal ada diskusi-diskusi mengenai hasil ini di FIFA dan apa yang harus dilakukan FIFA berikutnya, tapi sudah pasti tidak Inggris sendirian. Ini baru awalnya saja, bukanlah akhir. Saya pikir masih ada banyak lanjutannya,” tandasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan