Jokowi Rela Tidak Disukai

JAKARTA – Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bunyi sila kelima dalam Pancasila itu benar-benar ingin diwujudkan Joko Widodo (Jokowi) ketika terpilih menjadi Presiden RI pada Pilpres 2014 lalu dalam menjalankan roda pemerintahan.

”Adil bagi rakyat menurut saya adalah bukan sekedar membagikan hadiah atau stimulus rata pada rakyat sehingga yang senang semakin senang dan yang miskin bisa tertawa. Tidak,” ulas Jokowi mengutip dalam bukunya yang bertajuk “Jokowi Menuju Cahaya”, kemarin (10/1).

Dalam buku karya Alberhiene Endah tersebut dituliskan, adil menurut Jokowi adalah peka melihat persoalan di setiap wilayah, bahkan yang terpencil sekalipun dan berusaha mengantarkan mereka pada keadaan kondusif untuk meraih kehidupan lebih baik.

Lantas, langkah apa yang diambil Jokowi agar keadilan di negeri ini dapat terwujud? Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan, Pembangunan yang merata adalah salah satu cara yang diambil Jokowi agar seluruh masyarakat Indonesia bisa mudah mendapat akses dalam menjalankan roda perekonomian mereka. Contoh, ketika petani di pedalaman susah menjual hasil buminya lantaran jalan di tempat tinggalnya masih buruk. Pupuk dan bibit yang mereka beli untuk melanjutkan pertanian pun didapat dengan harga mahal lantaran mahalnya biaya logistik. ”Saya juga melihat Indonesia yang masih gemar memelihara birokrasi yang ruwet,” terang Jokowi.

Oleh sebab itu, Jokowi terus melakukan perbaikan dengan memangkas segala perizinan yang menurutnya tidak perlu sehingga perekonomian bisa berjalan dengan cepat. ”Yang kita perlukan adalah strategi yang tepat dibarengi niat positif dan kedisiplinan yang teguh. Saya tidak pernah percaya bahwa ada masalah yang tidak mungkin ketemu solusinya,” ujarnya.

Reformasi di banyak hal pun dilakukan. Mulai dari memandang pembangunan, budaya kerja, sampai reformasi daalam cara memimpin atau memerintah.

Dalam menciptakan terobosan tersebut, Jokowi sadar kesulitan terberat yang akan menghadangnya adalah mengawali prosesnya. Misalnya, soal infrastruktur. Dengan adanya infrastruktur yang memadai, masyarakat bisa menembus batas jarak untuk menghidupkan ekonomi. Itu mimpinya. Tapi realisasinya, dirinya paham bahwa pembangunan jalan modern memakan waktu lama dan menyedot dana besar. Sepanjang proses pasti melahirkan banyak protes.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan