Geliat Kelompok Kartunis Legendaris Kokkang Melakukan Regenerasi

Kokkang tidur panjang selama empat tahun karena berbagai sebab. Pameran karya alumni bakal menandai kesiapan mereka untuk kembali mengajak anak-anak muda belajar menggambar.

AGAS PUTRA HARTANTO, Kendal

RUMAH bambu bertingkat dua itu sudah tak berjejak lagi. Yang tersisa di bekas lokasinya berdiri sekarang hanya ceceran sampah.

”Dirobohkan sekitar tahun 2010. Bangunannya sudah reyot termakan usia,” ucap Djoko Susilo, kartunis, saat ditemui di rumahnya, Bumi Plantaran Indah, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.

Padahal, di situlah, di rumah yang kini tak berbekas di Desa Krajan Kulon, Kaliwungu, tersebut, Kelompok Kartunis Kali­wungu (Kokkang) berproses. Hingga melahirkan begitu banyak kartunis terkenal di tanah air.

Djoko yang bekerja di Sua­ra Merdeka salah satunya. Ada pula Budi Setyo Widodo (Ti­yok) yang berkiprah bersama harian Media Indonesia, Tyud dan Wawan Bastian di Koran Sindo, Ifoed dan Muk­tafin di Indopos, Hertanto Soebijoto di Warta Kota, dan M. Nasir di tabloid Bola (kini sudah tutup). Juga, kartunis Jawa Pos Wahyu Kokkang yang baru saja menyabet penghar­gaan jurnalistik Adinegoro.

Sekitar satu jam perjalanan darat dari Kaliwungu, di kam­pus Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang, di sanalah Kokkang bermula. Saat Darminto Masiyo Su­darmo atau Odios dan Budi Santoso alias Itos sama-sama mendaftar ke perguruan tinggi yang kini menjadi Uni­versitas Negeri Semarang tersebut pada 1979.

Kebetulan, mereka sama-sama berasal dari Kaliwungu, hanya beda desa. Odios dari Desa Plantaran, sedangkan Itos dari Desa Krajan Kulon.

Odios penggemar kartun se­jak kecil. Dia aktif menggambar sejak duduk di bangku kelas II sekolah menengah pertama. Hasil karyanya tersebut kemu­dian dikirim ke berbagai koran dan majalah. ”Tapi, selalu di­tolak,” ungkapnya.

Namun, Odios tidak meny­erah. Dia terus belajar dan mengasah kemampuan. Usa­hanya berbuah. Kartun ka­ryanya dimuat kali pertama oleh majalah Panjebar Seman­gat. Dengan mengusung tema sosial pergaulan muda-mudi.

”Senangnya bukan main, meski honornya tidak sebera­pa,” katanya, lantas tertawa, saat ditemui di kediamannya di Bukit Kencana Jaya, Semarang.

Tinggalkan Balasan