JAKARTA – Piala Presiden 2018 menjadi ajang pemanasan buat tim peserta Liga 1. Sebulan bergulir, Organizing Commitee (OC) Piala Presiden mendulang untung Rp.9 Miliar. Itu merupakan standard tinggi yang diberikan Piala Presiden untuk kompetisi Liga 1 2018. Sebab, treatment maksimal dijalankan pihak OC kepada klub peserta. Mulai dari subsidi, match fee hingga uang hadiah yang terbilang wah untuk ukuran turnamen pramusim.
”Saya kira standard yang dijalankan saat Piala Presiden harus bisa dipertahankan, kalau bisa lebih baik lagi saat kompetisi,” ujar Maruarar Sirait, SC Piala Presiden 2018 kemarin (28/2). Terkait transparansi anggara juga diharapkan bisa dijalankan PT Liga Indonesia Baru di musim 2018.
Salah satu contoh yang paling sederhana yakni pemberitahuan jumlah pedagang asongan yang terlibat pada menit ke-75 dalam sebuah pertandingan. Piala Presiden 2018 merupakan fenomena tersendiri. Bagaiaman sebuah ajang pramusim memperlihatkan gebyar yang luar biasa.
Seperti yang terlihat saat partai final di Stadion Utama Gelora Bung Karno 17 Februari lalu. Total 62 ribu tiket terjual pada pertandingan Persija Jakarta melawan Bali United. Total pendapatan yang dikantongi panitia dari penjualan tiket mencapai Rp 6,96 Miliar.
Prestasi itu mengalahkan rekor jumlah yang terjadi saat Persebaya menghadapi Madura United pada penyisihan Grup C. Saat itu, 50 ribu orang datang memenuhi Stadion Gelora Bung Karno. Pendapatan panitia dan jumlah penonton yang datang pada malam final itu, merupakan rekor tersendiri sepanjang gelaran Piala Presiden.
Sebelumnya, laga Persebaya Surabaya kontra Madura United pada penyisihan grup C menyedot pasang 50 ribu penonton yang datang ke Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Share televisi dan rating laga final Piala Presiden juga menjadi rekor tersendiri. Rating mencapai angka 9, sedangkan 35,2 % menjadi gambaran share tv saat final berlangsung. Situasi itu membuat Emtek selaku pemegang hak siar mengajukan peningkatan penawaran untuk edisi 2019.
Pada 2018, Emtek menggelontorkan anggaran Rp.30 Miliar. Saat ditanyakan langsung Maruarar kepada Harsiwi Ahmad, Direktur Program Emtek. “Nominalnya naik Rp.2 M, menjadi Rp.32 M, ini juga menjadi positif, padahal turnamen baru saja selesai,” terang Ara-sapaan Maruarar.