Peduli Anak-anak Terbuang

Tak hanya inovatif dalam cara mengajar, En­dang Yuli Purwati juga sangat peduli kepada anak-anak terbuang dengan segala permasala­hannya.

BANYAK orang yang prihatin melihat anak-anak terlantar yang hidup dengan mengemis dijalanan. Banyak pula yang hanya merasa kasihan ketika melihat atau membaca berita tentang bayi yang dibuang orang tuanya.

Berbeda dengan Endang Yuli Purwati. Guru agama Islam SMA Negeri 4 Bandung ini tergerak untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung itu dan merawat mereka bagaikan anak sendiri.

Terhitung sejak tahun 1984-2004, wanita yang memiliki empat anak kandung ini sudah mengasuh dan menyekolahkan 54 anak terlantar, atau anak-anak dari keluarga tidak mampu. Dari jumlah itu, bahkan ada 8 anak yang sudah menjadi sarjana, dan satu di antaranya menjadi dokter.

Perhatian lebih Endang kepada anak keluarga tidak mampu berawal pada tahun 1984. Saat itu ia mempeker­jakan seorang anak perem­puan lulusan SMP sebagai pegasuh anaknya.

”Saya menilai kerjanya sangat bagus dan terlihat ada keinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Saya pun menolongnya dan membiay­ainya hingga lulus SMA,” tu­tur Bu Yuli, sapaan akrabnya.

Ada perasaan senang saat ia bisa membantu mewujud­kan keinginan pengasuh anak itu hingga bisa lulus SMA. Berangkat dari situ, ke­senangannya untuk menolong dan menyekolahkan anak-anak tidak mampu seakan men­jadi kebiasaan. Ia pun mulai berbuat hal yang sama ke­pada anak-anak tetangga yang tidak mampu, termasuk loper koran yang ingin bersekolah.

Di tengah kesibukannya mengurus anak-anak asuh pada tahun 2001, Yuli hamil anak keempat. Karena pernah mengalami sakit dan sempat koma saat proses kelahiran anak ketiga, dokter menya­rankannya untuk melakukan aborsi.

Kontan Yuli menolak saran itu dan tetap mempertahan­kan bayinya. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa dia dan bayinya akan baik-baik saja. Dan keyakinannya itu terwujud, dia bisa melahirkan dalam keadaan sehat.

Yuli sangat bersyukur kepada Allah SWT atas karunia ini dan berusaha mencari cara untuk menunjukkan rasa syukur ter­sebut. Jawabannya pun dite­mukan saat menonton tele­visi yang memberitakan ada bayi yang dibuang orangtuanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan