Dahlan: Jangan Terlalu Cepat Sukses, Nanti Kaget

BANDUNG – Mantan menteri BUMN Dahlan Iskan menilai, pencapaian seseorang sebaiknya diperoleh secara bertahap. Sebab, tidak semua orang bijak saat menyikapi pencapaiannya itu.

”Jangan terlalu cepat sukses, nanti kaget,” ungkap Dahlan saat mengisi Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB 2018 (OSKM ITB 2018) di Sabuga, Sabtu (18/8).

Dahlan mengaku, tidak memiliki proyeksi yang tinggi untuk masa depannya. Malah, dulu, pencapaian yang diperolehnya pun sepele. ”Saat SMP, pencapaian saya punya sepatu sendiri. Saat SMA, punya sepeda,” ucapnya lagi.

Nah, lepas SMA, Dahlan yang mengelami kendala keuangan serba terbatas saat itu berkesempatan kuliah meski tak lulus. Alasannya, mata kuliah yang dipelajar hanya pengulangan dari mata pelajaran di SMA.

Dari situ, Dahlan muda juga menjadi wartawan Tempo. Hingga kemudian sempat dipercaya menjadi kepala biro di Kalimantan. Moncer. Dahlan lalu dipercaya ngurusi Jawa Pos hampir tutup.

”Berhasil ngurusi koran, saya dipercaya jadi Dirut PLN oleh Pak SBY (mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono,  Red). Tidak lama dari situ, saya kemudian diperintahkan jadi Menteri BUMN,” urainya.

Berkaitan dengan aktivitas mahasiswa, dia mengaku, pernah merekrut 6.000 karyawan baru dengan syarat harus sepuluh besar lulusan dari fakultas teknik Perguruan Tinggi (PT), termasuk ITB.

Dalam perekrutan tersebut, pria yang akrab disapa Abah Dahlan itu, meminta agar tidak perlu dilakukan tes pengetahuan umum maupun teknik. Sebab, hanya akan mempersulit calon karyawan. Namun, dirinya hanya meminta agar dilakukan tes psikologi dan tes kesehatan untuk mengetahui bisa atau tidaknya karyawan bekerja dalam satu tim.

”Ini penting karena orang yang egois cenderung tidak bisa bekerja dalam satu tim. Padahal, perusahaan membutuhkan orang yang bisa bekerja sama dalam satu tim,” tegasnya.

Abah menjelaskan, untuk dapat bekerja dalam satu tim, para mahasiswa harus menjadi aktivis kampus. Menurutnya, mahasiswa jangan hanya menjadi kutu buku tapi harus aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan kampus.

Dengan menjadi aktivis kampus, mahasiswa akan mendapat pelatihan berada dalam satu tim kerja. Misalnya, mahasiswa bisa latihan berbeda pendapat, sekaligus tetap bisa juga menyelesaikan persoalan yang dilakukan secara bersama-sama.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan