Kisah Mereka Yang Bertahan Hidup HIV/AIDS

Dia mengaku, berminggu-minggu dirinya mengurung diri di kamar. Namun beruntung, pihak keluarga selalu memberikan dukungan. Terlebih, saat itu usia anaknya baru lima tahun. Anaknya lah yang menjadi motivasi baginya melanjutkan kehidupan.

Tidak lama setelah menyandang status ODHA, Ely diajak temannya ke Rumah Cemara. Di sana dirinya seolah menemukan hidup baru. Dirinya mendapat informasi dan edukasi dari pembimbing di komunitas itu. ”Saya akhirnya ikut komunitas-komunitas yang ada. Saya mendalami apa itu HIV/AIDS hingga saya jadi pembimbing,” ujar dia.

Di Rumah Cemara, Ely menjadi pembimbing dan pendamping orang baru yang terinfeksi HIV/AIDS. Kebanyakan, yang dia tangani memiliki perasaan sama dengan apa yang dia alami dulu. ”Saya bilang kepada mereka, ’apa yang lu rasakan udah gue rasain. Sekarang bagaimana menghadapi masalah ini’,” ujarnya.

Melalui pendekatan dari hati ke hati, Ely mengajak dan mengarahkan binaannya agar tetap bertahan hidup. Dia melakukan pendekatan kepada keluarga binaanya agar tidak diskriminasi.

Menurut dia, sasarannya saat ada pasien baru adalah mengedukasi keluarganya. Sebab, keluarga adalah orang terdekat yang bisa diandalkan. ”Tidak semua orang harus tahu. Cukup keluarga saja seperti ayah, ibu atau suami. ketika kita sakit sok bawa secepatnya ke dokter,” ujar dia.

Selama 10 tahun bergabung di Rumah Cemara dirinya sudah satusan membimbing ODHA. Bahkan, binaanya dulu kini sudah banyak yang menjadi pembimbing seperti dirinya.

Dia menceritakan pengalamannya saat ada pasien hamil yang terjangkit HIV/AIDS asal Subang. Saat itu, dirinya baru belajar menjadi pembimbing, namun menghadapi pasien yang memiliki masalah rumit.

”Si pasien itu asal Subang. Anaknya polos, lugu, rambut panjang sedang hamil dan siap operasi di RSHS. Tapi suaminya tidak bertanggung jawab, malah meninggalkan dia saat mau operasi,” ujar dia.

Ely mendampingi dia hingga operasi selesai. Setelah selesai, lalu dia kembali ke Subang dan bergabung bersama komunitas seperti Rumah Cemara. Akhirnya, gadis lugu asal Subang itu kini menjadi pemimpin dan penggerak komunitas pendamping ODHA.

Humas Rumah Cemara Indra Simorangkir mengatakan, mental orang yang baru divonis positif menderita HIV/AIDS biasanya jatuh. Menurut dia, anggota baru rumah singgah dan pendampingan bagi pecandu narkotika dan penderita HIV/AIDS memiliki masalah sama. Yakni, tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya ODHA.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan