BIAF, Membangun Identitas Cimahi

bandungekspres.co.id, CIMAHI – Pengembangan animasi di Kota Cimahi merupakan salah satu bagian dari empat klaster pengembangan ekonomi lokal kota Cimahi. Pada era kabinet yang lalu industri ini merupakan bagian dari master plan pengembangan, percepatan ekonomi Indonesia koridor Jawa.

Asisten Ekonomi Pembangunan Benny Bachtiar mengungkapkan, Baros International Animation Festival (BIAF) merupakan perhelatan rutin sebagai salah satu program Pemerintah Kota Cimahi bekerjasama dengan Cimahi Creative Association (CCA) dalam rangka membangun identitas Kota Cimahi sebagai pusat industri  animasi di Indonesia.

logo-biaf-2016”Baros International Animation Festival merupakan tempat berkumpulnya para stakeholders dari industri hiburan dan animasi. Yaitu studio animasi, pengembang game, komic artists, illustrators, media, agensi, pengembang perangkat lunak, merchandising, pengembang industri IT, komunitas dan penikmat animasi,” terang Benny, kemarin (16/11).

Menurut Benny, BIAF kali pertama diselenggarakan pada  2013, tahun kedua 2014 dengan  difokuskan membuka jejaring antar pelaku animasi di tingkat Nasional. Sementara di tahun 2015 membuka jejaring yang lebih luas dengan beberapa stakeholder, seperti kementerian-kementerian  dan menjalin komunikasi dengan lembaga-lembaga kebudayaan internasional IFI, Japan Foundation, Gothe, Eras Muis Belanda dalam membuka komunikasi budaya dengan beberapa negara termasuk  komunitas animasinya.

”Di tahun 2015 terbentuk  lembaga baru yang fokus mengembangkan ekonomi kreatif, yaitu Badan Ekonomi Kreatif dan ini menjadi tambahan energi bagi pemerintah kota untuk semakin meningkatkan kualitas penyelenggaraan BIAF serta pengembangan dunia animasi di Cimahi agar mampu bersaing di level nasional maupun internasional,” sebutnya.

Dikatkan Benny, Kementerian Perdagangan mengklaim potensi pasar animasi di Indonesia cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan data tahun 2015 bahwa pertumbuhan pasar industri media dan hiburan Indonesia juga sangat pesat di mana terdapat 826 layar bioskop, 13 stasiun terrestrial televisi, 12 jaringan televisi, dan 20 stasiun televisi berbayar. Permintaan produk animasi di dalam negeri sangatlah besar. Tidak hanya di dalam negeri, permintaan produk animasi di pasar luar negeri bahkan jauh lebih besar dengan nilai keuntungan yang sangat menjanjikan.

Meskipun demikian, nilai ekspor produk animasi masih relatif kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor subsektor film, video, fotografi, dan animasi pada tahun 2010 baru mencapai Rp595 Miliar, meningkat pada tahun 2013 dengan nilai mencapai Rp639 Miliar. ”Potensi ini harus digarap dengan serius karena apabila kita menilik data tersebut, peluang ini ditangkap dengan oleh Cimahi dengan Cerdas,” tuturnya. (adv/bun/ign)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan