Sadam Husen Soleh Ramdhani, Jabarekspres
Sepak bola modern makin kejam pada pemain yang hanya bisa satu hal. Sistem berubah, cedera datang, jadwal menumpuk, dan satu posisi tak lagi cukup. Dalam lanskap seperti itu, pemain serbabisa bukan lagi pelengkap,mereka adalah fondasi. Persib Bandung menemukannya pada sosok Eliano Reijnders.
Ia tidak pernah masuk lapangan dengan sorotan kamera berlebihan. Tidak juga dengan selebrasi yang meledak-ledak. Tapi nyaris setiap kali Persib kehilangan keseimbangan, nama Eliano selalu muncul di papan strategi. Ia adalah jawaban paling rasional atas berbagai persoalan taktis.
Latar belakang Eredivisie bersama PEC Zwolle membentuk Eliano menjadi pemain yang “jadi” lebih cepat secara pemahaman permainan dibanding sekadar fisik.
Baca Juga:Kesabaran Berbuah Gol, Ramon Tanque Menjelma Jadi Bomber MematikanWiliam Marcilio Tutup Bab di Persib dengan Sikap Hormat dan Syukur
Di Belanda, pemain diajarkan membaca ruang sebelum menyentuh bola. Bagi Eliano, itu menjadi modal utama saat beradaptasi di Liga 1, liga yang intens, keras, dan penuh duel.
Di Persib, ia tidak datang sebagai eksperimen. Ia datang sebagai alat multifungsi.
Posturnya kecil, tapi cara bermainnya dewasa. Ia tahu kapan harus agresif dan kapan cukup menjaga bentuk. Itulah ciri khas pemain yang dibesarkan oleh sistem, bukan naluri liar semata.
Musim ini, Eliano sudah menjalani lima peran berbeda di Persib Bandung, sebuah angka yang jarang disentuh pemain lain.
Sebagai bek kanan, ia bukan tipe overlapping tanpa henti. Ia memilih momen. Fokus pada positioning dan recovery run. Di bek kiri, ia tetap nyaman, karena kaki dan orientasi tubuhnya memungkinkan bermain inverted.
Saat ditempatkan di sayap kiri atau kanan, Eliano tidak memaksakan duel satu lawan satu. Ia lebih memilih kombinasi pendek dan pergerakan tanpa bola. Dan ketika ditarik ke posisi gelandang, seperti saat melawan Bhayangkara FC, ia menunjukkan kualitas berbeda, ketenangan.
Ia bukan playmaker flamboyan. Tapi ia menjaga sirkulasi bola tetap hidup, menutup ruang, menghubungkan lini. Dalam sepak bola, itu pekerjaan yang sering tak terlihat, tapi paling terasa saat hilang.
Baca Juga:PWNU Jabar dan 27 PCNU Tegaskan Sikap, Dorong Islah dan Jaga Marwah PBNUJawa Tengah Terbang Tinggi, Rute Penerbangan Baru Picu Investasi dan Kunjungan Wisata
Bojan Hodak dikenal sebagai pelatih yang pragmatis. Ia tidak menyukai risiko tak perlu. Maka ketika ia bercanda, “Eliano bisa saja jadi kiper, tapi posturnya tidak mendukung,” itu sejatinya pujian tertinggi.
