Sadam Husen Soleh Ramdhani, JABAR EKSPRES
Ada gol yang dicetak oleh kaki, ada yang tercipta dari keberuntungan, tapi satu sundulan di menit 46 babak pertama kontra Bangkok United, Rabu (10/12/2025) malam di GBLA itu lahir dari sesuatu yang lebih dalam: kehendak, kesabaran, dan hasrat untuk meninggalkan jejak.
Di malam ketika tekanan menempel di pundak Persib, di laga ketika garis antara lolos dan tersingkir begitu tipis, Ramon Tanque bangkit, bukan hanya dari tanah, tapi dari keraguan, dari bisik-bisik tentang ketajamannya, dari rasa belum diakui di panggung yang lebih besar.
Dan saat bola itu menggantung di udara, seluruh Bandung seakan ikut menggantung bersamanya.
Baca Juga:Ramon Tanque Pecah Telur, Bobotoh: Ngaliwet Mon!Sundulan Pembebasan: Ramon Tanque Pecah Telor di GBLA
Menit 46. Babak pertama seharusnya selesai. Tetapi sepak bola selalu suka memberi kejutan tepat saat orang mulai kehilangan harapan.
Berguinho, dengan langkah pelan dan tatapan serupa pemain piano yang menemukan nada tepat di ujung komposisi, menguasai bola di sisi kiri. Ia mengangkat kepalanya, dan sesaat dunia berhenti bergerak.
Bola melayang, seperti lambat. Bangkok United terpaku, seperti terlambat. Dan Ramon berlari, seperti seseorang yang tahu bahwa inilah saatnya.
Ia terbang. Bukan sekadar melompat, tetapi melayang dengan keyakinan seorang striker yang merasa takdirnya sedang menunggu di depan gawang.
Lehernya menekuk, kepalanya memutar, lalu… dentuman lirih yang mengubah seluruh ritme pertandingan. Bola melesat ke sudut jauh. Kiper menukik terlambat. Dan stadion pecah.
Gol Ramon Tanque. Gol pertama di Asia. Gol yang memecah kebuntuan. Gol yang menyalakan kembali cerita Persib.
Bagi Ramon, gol ini bukan angka, bukan statistik, bukan formalitas. Ini adalah jawaban. Jawaban dari perjalanan yang tak selalu mulus. Dari adaptasi yang penuh kritik. Dari laga-laga ketika ia nyaris, tapi belum berhasil.
Baca Juga:Semangat Ramon Tanque Tengah Membara Jelang Lawan Dewa UnitedRamon Tanque Tegaskan Belum Menyerah Cetak Gol Debut untuk Persib Bandung
Lalu datanglah detik itu. Satu detik yang meruntuhkan seluruh keraguan. Satu detik yang menegaskan bahwa Persib membuat pilihan tepat.
Ketika ia merayakan gol itu dengan kedua tangan mengepal, kita tak hanya melihat kegembiraan. Kita melihat kelegaan. Kita melihat pembuktian. Kita melihat seorang striker yang akhirnya menemukan panggungnya.
