Warga Terminal Cicaheum Tolak Rencana Perubahan Fungsi Menjadi Depo BRT

Spanduk penolakan terpasang di jembatan penyeberangan orang di kawasan Terminal Cicaheum, Kota Bandung, Selasa
Spanduk penolakan terpasang di jembatan penyeberangan orang di kawasan Terminal Cicaheum, Kota Bandung, Selasa (9/12). Pedagang dan pekerja menolak alih fungsi Terminal Cicaheum menjadi depo Bandung Rapid Trans (BRT) serta mengkhawatirkan mengenai potensi kerugian ekonomi dan hilangnya mata pencaharian bagi para pelaku usaha angkutan umum, pedagang, dan pihak terkait lainnya yang selama ini menggantungkan hidupnya pada operasional terminal. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Isu perubahan fungsi Terminal Cicaheum menjadi depo moda transportasi Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya, memicu respons dari berbagai kalangan yang menggantungkan hidup di terminal tersebut.

Roni (47), pekerja PO bus di Terminal Cicaheum, mengatakan kabar perubahan fungsi itu sudah terdengar sejak era Wali Kota Bandung Dada Rosada dan Ridwan Kamil, namun tidak pernah terealisasi.

Dia menyebut isu tersebut kembali mencuat pada 2025 dan membuat para pekerja hingga pedagang resah. “Kami menolak itu, bukan hanya menolak secara pribadi untuk perwakilan bis, ini mewakili semua yang ada elemen masyarakat di Terminal Cicaheum,” kata Roni kepada wartawan, belum lama ini.

Baca Juga:Hutan Kritis, Ancaman Bencana Makin Nyata!Transportasi Jawa Belum Merata, Bandung Masuk Sorotan Soal Wacana Kereta Cepat ke Surabaya

Begitu pula, lanjutnya, nasib para pedagang di Cicaheum. Penolakan itu juga terlihat dari spanduk bertuliskan “Kami warga Terminal Cicaheum menolak keras Terminal Cicaheum dipindahkan” yang dipasang di sejumlah titik seperti jembatan penyeberangan orang, warung, dan loket tiket.

Selembar kain putih berisi tanda tangan warga terminal juga dipasang sebagai bentuk keberatan terhadap rencana alih fungsi.

Jika terminal berubah menjadi depo BRT, layanan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) akan dialihkan ke Terminal Leuwipanjang. Dampaknya, arus penumpang dari luar kota akan berpindah ke terminal tersebut.

Menurut Roni, hal ini mengancam mata pencaharian para pekerja dan pedagang. “Kami di sini dari tahun 2000, berarti sekarang 2025, kami hampir 20 tahun di sini. 90% di sini menjadi barometer untuk kepentingan di keluarganya. Tidak ada kerja yang lain sampingan,” katanya.

“Cuma pedagang-pedagang di sini untuk dia pulang ke rumahnya, mengandalkan di sini. Sama, dari pihak perwakilan bis juga sama seperti itu. Tidak ada pekerjaan yang lain. 100% kami menafkahi anak, istri, keluarga dari Terminal Cicaheum,” jelasnya.

Roni menilai pemerintah belum memberikan penjelasan langsung terkait rencana perubahan itu. Menurutnya pemerintah harus bisa menganalisa sampai ke situ.

Dia berharap terminal tidak dipindahkan, tetapi diperbaiki. “Justru ke depannya kami mengharapkan tidak pindah, tapi diatur yang lebih benar-benar tidak mencerminkan kekumuhannya,” kata Roni.

0 Komentar