JABAR EKSPRES – Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada Senin menyampaikan keprihatinan mendalam terkait kembali pecahnya bentrokan bersenjata antara Thailand dan Kamboja. Ia meminta kedua negara untuk menunjukkan pengendalian diri guna mencegah meningkatnya konflik.
Dalam pernyataan resmi, juru bicara Stephane Dujarric menjelaskan bahwa Guterres sangat prihatin setelah menerima laporan mengenai insiden terbaru di perbatasan, termasuk adanya serangan udara serta pengerahan alat berat. Ia menegaskan pentingnya kedua pihak menghindari tindakan yang dapat memicu eskalasi lebih jauh.
“Sekjen menyampaikan keprihatinan usai mendengar laporan mengenai bentrokan terbaru antara Kamboja dengan Thailand, terutama tentang serangan udara dan mobilisasi alat berat di wilayah perbatasan. Dia mendesak kedua pihak menahan diri dan menghindari eskalasi,” ujarnya.
Baca Juga:Max Verstappen Tetap Bangga Meski Gagal Rebut Gelar Juara F1 2025Motorola Moto G06: Smartphone Budget 2025 dengan Fitur Premium
PBB juga menyoroti bahwa ketegangan di wilayah perbatasan tersebut telah menyebabkan korban jiwa dari kalangan warga sipil, kerusakan berbagai fasilitas publik, hingga memicu perpindahan penduduk dari area konflik.
Guterres menekankan perlunya perlindungan terhadap warga sipil serta penyediaan bantuan kemanusiaan jika kondisi semakin memburuk. Ia kembali menyerukan de-eskalasi dan meminta Thailand dan Kamboja kembali mengikuti kerangka Deklarasi Bersama yang ditandatangani di Kuala Lumpur pada 26 Oktober.
Menurutnya, kedua negara harus kembali berkomitmen pada gencatan senjata, menerapkan langkah-langkah pengurangan ketegangan, serta membangun kembali kepercayaan melalui dialog sebagai jalan menuju penyelesaian damai.
Ia menambahkan bahwa PBB siap mendukung seluruh upaya yang bertujuan memperkuat perdamaian, stabilitas, dan pembangunan di kawasan tersebut.
“PBB siap mendukung semua upaya yang bertujuan untuk memajukan perdamaian, stabilitas, dan pembangunan di kawasan ini,” tambahnya.
Ketegangan terbaru antara kedua negara meningkat sejak bulan lalu, setelah Thailand menangguhkan pakta perdamaian akibat empat tentaranya terluka akibat ranjau darat di Provinsi Si Sa Ket.
Padahal sebelumnya, kedua negara telah menandatangani perjanjian damai yang difasilitasi oleh Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada Oktober.
Baca Juga:Harga Perak Antam Hari Ini Menguat, Sentuh Rp36.445 per GramUni Eropa Berpotensi Permanen Bekukan Aset Rusia Berkat Celah Hukum Baru
Selain itu, pada awal Juli, Thailand dan Kamboja juga sempat mencapai kesepakatan gencatan senjata tanpa syarat dalam pertemuan trilateral yang dimediasi Anwar menyusul berminggu-minggu ketegangan di perbatasan.*
