Ia menilai bahwa pembangunan drainase semestinya diintegrasikan dengan pendekatan ekologis kota, bukan sekadar proyek fisik. Drainase ideal harus didukung sumur resapan, biopori, kolam retensi, revitalisasi sungai, dan pengendalian sampah yang konsisten.
Pemerintah juga perlu memperketat pengawasan di KBU dan memastikan pembangunan baru tidak terus menggerus daya dukung alam.
Meski sejumlah titik prioritas seperti Jalan Pacuan Kuda, Arcamanik Endah, Sukapura, Terusan Jakarta, Golf Raya, Panghegar, Cingised, Leuwipanjang, Dago, hingga Siliwangi tengah dikerjakan, Suwandi menilai hal itu belum mampu mengatasi akar masalah.
Baca Juga:Bandung Kebanjiran Keluhan: Drainase Tak Kunjung Rampung, Pejabat Pemkot Malah Diperiksa Kasus Dugaan KorupsiDrainase Meluap Sebabkan Banjir di Sekitar Jalan Laswi, Warga Sebut Ini Selalu Terjadi saat Hujan Deras
“Jika tekanan dari hulu tidak dikendalikan, drainase sepanjang apa pun tidak akan bisa mengejar laju air. Bandung perlu strategi tata air terpadu, bukan tambal-sulam,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa tanpa perubahan pendekatan yang lebih menyeluruh dan pengendalian pembangunan di KBU, banjir akan terus menjadi siklus tahunan bagi warga Bandung, terlepas dari seberapa banyak drainase yang direhabilitasi. (Dam)
