JABAR EKSPRES – Memasuki awal Desember, Kota Bandung kembali berhadapan dengan fase kerentanan hidrometeorologi yang dinilai semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung pun memperkuat kesiapsiagaan seluruh perangkat daerah seiring masuknya musim hujan dengan intensitas ekstrem yang mulai dirasakan sejak akhir pekan lalu.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan bahwa kondisi hidrometeorologi tahun ini menunjukkan pola yang lebih agresif, terutama di wilayah yang berlokasi di kawasan hulu.
Baca Juga:Sport Tourism Menggema, Malang Century Journey 2025 Tuntaskan Rute 100 Mile dengan MeriahMisi Kebangkitan Persib Dimulai di Madura: Tiga Poin Harga Mati!
Hilangnya vegetasi, tekanan pembangunan, serta perubahan karakter air permukaan membuat sejumlah kecamatan di Bandung Utara menjadi titik rawan yang memicu dampak berantai ke wilayah tengah dan selatan kota.
“Ada masalah hidrometeorologi di daerah Bandung Utara, sehingga kita harus memastikan penanganan bencana akibat cuaca ekstrem betul-betul bisa kita antisipasi bersama-sama,” ujar Farhan di Balai Kota Bandung, Senin (1/12/2025).
Menurut Farhan, kejadian akhir pekan menjadi alarm penting bagi pemerintah untuk meninjau ulang ketahanan infrastruktur kota. Kecamatan Coblong yang terdampak cukup parah dinilai telah menunjukkan pola baru di mana banjir, longsor, dan puting beliung muncul dalam waktu hampir bersamaan.
Ia mengapresiasi cepatnya respons kecamatan tersebut, namun mengingatkan bahwa pola cuaca ekstrem tidak lagi bisa dipandang sebagai kejadian insidental.
“Ini pelajaran besar bagi Dinas Lingkungan Hidup. Ketika volume air meningkat, sampah yang tertahan di TPS ikut terdorong masuk ke saluran, memicu banjir dadakan,” ungkapnya.
BMKG telah merilis peringatan tentang siklus cuaca ekstrem yang akan berlangsung sepanjang Desember. Dampaknya sudah terlihat di sejumlah kecamatan seperti Cidadap yang mengalami kelongsoran, Coblong yang terdampak limpasan air kawasan hulu, hingga Sukajadi, Andir, Mandalajati, Cibiru, dan Ujungberung yang mencatat peningkatan intensitas genangan dan gangguan lingkungan.
Tak hanya longsor dan banjir, cuaca ekstrem kali ini juga menimbulkan puting beliung di Kelurahan Sekeloa yang merusak 21 rumah. Satu warga lanjut usia mengalami luka akibat runtuhan atap, sementara beberapa fasilitas umum terendam, termasuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan jembatan kecil yang terputus di kawasan Cihampelas.
