Efek Digitalisasi Bikin Pasar Tradisional Kian Sepi, Ini Strategi UPTD di Cimahi

Efek Digitalisasi Bikin Pasar Tradisional Kian Sepi, Ini Strategi UPTD di Cimahi
Warga melakukan transaksi dengan menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di pasar tradisional. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pasar Cimahi terus melakukan berbagai cara untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional di tengah era digital.

Seperti diketahui, digitalisasi memang mempermudah transaksi jual beli, tetapi tidak dengan pasar tradisional. Mereka menghadapi tantangan berat mengingat preferensi belanja generasi muda bergeser ke platform daring, membuat ruang ekonomi publik seperti pasar tradisional mulai ditinggalkan.

Seperti terjadi di Pasar Atas Baru Cimahi, pasar tradisional yang tengah mencoba bertahan. Meski fluktuasi harga barang kerap terjadi, kekhawatiran terbesar bukan semata-mata soal stabilitas harga, melainkan hilangnya minat pembeli yang terus menurun.

Baca Juga:Inflasi Mengancam, Cimahi Bangun Sentra Cabai untuk Pasar LokalHarga Naik hingga Pasokan Bahan Terganggu Program MBG, Pedagang di Pasar Atas Baru Cimahi Tertekan

Situasi ini mendorong UPTD Pasar Cimahi merumuskan strategi inovatif agar pasar tidak semakin sepi.

Kepala UPTD Pasar Kota Cimahi, Wawan Hermawan, menegaskan perkembangan pelayanan publik harus bergerak seiring perubahan zaman.

Ia menekankan pentingnya menciptakan pasar yang lebih rapi, bersih, aman, dan digital, sebagai bagian dari reformasi pelayanan pasar menuju era baru. “Agar pedagang yang lebih sejahtera dan masyarakat yang nyaman berbelanja,” ujarnya kepada Jabar Ekspres, Selasa (18/11/2025).

Saat ditanya mengenai strategi khusus untuk memperkuat sistem digital di lingkungan pasar, Wawan menyebut bahwa langkah-langkah digitalisasi sebenarnya sudah berlangsung. “Sampai saat ini, penerapan QRIS di seluruh pasar untuk pembayaran retribusi harian,” katanya.

Namun, digitalisasi bukan hanya tentang pembayaran. Tantangan paling berat adalah bagaimana menghadirkan kembali keramaian di pasar tradisional seperti Pasar Cimindi lantai dua atau food court Pasar Atas yang kini cenderung sepi.

Di sinilah strategi UPTD berfokus pada aktivasi pelaku usaha lokal. Menurut Wawan, para pelaku IKM didorong untuk aktif mempromosikan dagangannya melalui media sosial masing-masing.

“Ke depan kita coba ajak para pelaku IKM bekerjasama dengan melibatkan vloger agar informasi keberadaan IKM tersebar luaskan lagi,” ujarnya.

Baca Juga:Pedagang Pasar Atas Cimahi Serbu Layanan Cek Kesehatan Gratis Polres CimahiPedagang Pasar Tradisional Cimahi Terancam Gulung Tikar, Pemerintah Diminta Tertibkan Lapak Ayam Potong Liar

Baginya, digitalisasi bukan sekadar opsi, melainkan kebutuhan untuk menjaga keberlangsungan pedagang di tengah perubahan perilaku konsumen.

Salah satu kekhawatiran terbesar dalam transformasi digital adalah kemampuan adaptasi pedagang lansia. Wawan menegaskan bahwa perubahan tidak boleh meminggirkan mereka.

Ia menyebut ada prinsip yang terus dijaga, yakni two way communication atau komunikasi dua arah.

0 Komentar