JABAR EKSPRES – Universitas Galuh (Unigal) kembali menegaskan komitmennya pada panggung internasional melalui penyelenggaraan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang melintasi batas negara. Tim dosen yang dipimpin oleh Asep Nurwanda dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), menjalankan serangkaian program pemberdayaan di wilayah Kinabalu, Malaysia, pada tanggal 3 hingga 7 November 2025.
Inisiatif strategis ini merupakan implementasi nyata dari Tridharma Perguruan Tinggi, yang berfokus pada penguatan branding dan daya saing produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) lokal.
Program bertajuk ‘Local Product Branding to Support Cross-Border Tourism in the Kinabalu Region of Malaysia‘ ini tidak hanya menjadi agenda akademik, tetapi sebuah langkah nyata dalam memberdayakan komunitas bisnis secara berkelanjutan.
Baca Juga:Pakar Unigal Desak Dapur MBG Kantongi SLHS Pasca Siswa SMPN 4 Pamarican Keracunan Mengambil ’Tema Keep Running Stay Healthy and Culture Sport N Tourism’, UNIGAL RUN 2024 Sukses Angkat Konservasi dan Budaya Ciamis
Tim PKM Internasional Unigal, yang terdiri dari para dosen lintas disiplin ilmu, fokus pada peningkatan kapasitas para pelaku UKM melalui berbagai metode, termasuk pelatihan intensif, pendampingan langsung, serta konsultasi mendalam. Materi yang diberikan mencakup strategi pembangunan merek, pemasaran digital di era teknologi, dan inovasi dalam desain kemasan produk.
Tujuannya jelas dan terarah, yaitu menciptakan nilai tambah pada produk-produk lokal Kinabalu sehingga tidak hanya diminati di pasar domestik, tetapi juga mampu bersaing dan menembus pasar lintas negara. Asep Nurwanda selaku ketua tim, menegaskan bahwa upaya ini sejalan dengan pengembangan pariwisata perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
“Kami ingin membantu mengangkat potensi lokal agar bisa menembus pasar global. Melalui strategi branding yang kuat dan didukung oleh kerja sama lintas negara, produk-produk lokal ini dapat menjadi magnet dan bagian integral dari pengalaman wisata, sehingga mendukung pertumbuhan cross-border tourism,” ujarnya pada Kamis, (13/11/2025).
Lebih lanjut, Asep menjelaskan bahwa penguatan identitas produk bukan sekadar urusan label dan kemasan. Hal itu merupakan fondasi untuk menciptakan daya tarik wisata yang berkelanjutan dan autentik di kawasan perbatasan. Sinergi yang dibangun antara pelaku usaha, akademisi, dan pemerintah daerah diyakini akan menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi kreatif di wilayah tersebut.
“Dengan produk yang memiliki cerita dan identitas kuat, wisatawan tidak hanya datang untuk menikmati pemandangan, tetapi juga untuk membawa pulang sebuah kenangan yang merepresentasikan kearifan lokal,” katanya.
