JABAR EKSPRES – Di halaman belakang Perumahan Graha Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), deretan kolam bundar berdiameter tiga meter tampak bergelembung tenang.
Dari kolam itulah kelompok Saung Akar Ikan Bioflok membudidayakan ikan nila menggunakan teknologi baru yang kini mulai digencarkan pemerintah dalam rangka mendukung program swasembada pangan nasional.
Kolam-kolam berlapis terpal biru itu menjadi saksi perubahan cara budidaya ikan di tengah masyarakat. Jika dulu petani ikan mengandalkan kolam tanah atau beton dengan penggantian air rutin, kini mereka beralih ke sistem bioflok teknologi yang mampu menghemat air, pakan, dan tenaga.
Baca Juga:Joan Laporta Tegas Bantah Rumor Kembalinya Lionel Messi ke Barcelona pada 2026Tottenham Siap Tebus Takefusa Kubo Rp1 Triliun, Real Madrid Jadi Pihak yang Paling Untung
Kelompok Saung Akar yang berdiri kurang dari satu tahun lalu berlokasi di Jalan Jambrud, Perumahan Graha Padalarang. Kelompok ini beranggotakan sekitar 20 orang dan mengelola 10 kolam bioflok.
Mereka diusulkan akan mendapatkan bantuan program budidaya dari pemerintah berupa 1 kwintal bibit ikan nila, lengkap dengan fasilitas listrik, atap, dan genset. Sementara saat ini bibit ikan diperoleh dari Balai Benih Ikan Cisomang, Cikawet, yang menjadi salah satu pusat pengembangan benih unggul di wilayah Bandung Barat.
Purwadi (58), salah satu anggota kelompok, menuturkan bahwa sistem bioflok memberikan banyak kemudahan dibanding metode konvensional.
“Air hanya dimasukkan di awal hingga masa panen, penambahan dilakukan kalau memang diperlukan saja. Selain hemat pakan, sistem ini juga tidak butuh lahan luas dan efisien dalam penggunaan air,” ujarnya, Rabu (5/11/2025).
Menurutnya, masa panen ikan nila dengan sistem bioflok relatif cepat. Dari proses tebar benih hingga panen hanya memerlukan waktu sekitar 3,5 bulan, sedangkan sistem konvensional biasanya membutuhkan waktu 4,5 sampai 5 bulan.
“Dulu kami sering rugi karena banyak ikan mati. Sekarang tingkat keberhasilannya jauh lebih tinggi. Hasilnya juga lebih bersih dan sehat,” tambahnya.
Sejak menerapkan teknologi ini, Saung Akar sudah mampu memanen sekitar 1 kwintal ikan nila dari sepuluh kolam. Namun hasil panen belum seluruhnya terserap pasar. Sebagian ikan diolah menjadi produk marinasi ikan yang dibumbui dan disimpan dalam freezer agar tahan lama serta siap dimasak oleh konsumen.
