Tak Hanya Timbulkan Kerugian, Hadirnya Whoosh Banyak Melahirkan Dampak Negatif

Tak Hanya Timbulkan Kerugian, Hadirnya Whoosh Banyak Melahirkan Dampak Negatif
Ilustrasi: Kereta cepat Whoosh melintas di perlintasan beberapa waktu silam. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Keberadaan transportasi umum Whoosh si Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), tengah jadi sorotan karena minimnya pengguna yang berdampak kerugian.

Pemerhati Transportasi, Muhamad Akbar mengatakan, rencana dan harapan terhadap Whoosh, sangat berbeda jauh dengan kondisi realitas di lapangan.

“Fakta di lapangan menunjukkan jumlah penumpang Whoosh masih jauh dari target,” katanya kepada Jabar Ekspres, Rabu (29/10).

Baca Juga:Pemerhati Transportasi Nilai Whoosh Kurang Menggiurkan: Cepat tapi Tak Praktis!Dianggap Proyek Ambisius, Whoosh Si Kereta Cepat yang Belum Tepat

Proyek yang awalnya dijanjikan murni business to business, sempat meminta diselamatkan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).

Kehadiran Whoosh dinilai sejumlah pihak sebagai proyek ambisius, untuk menciptakan kereta cepat bagi bangsa Indonesia, dengan rute dari Kota Jakarta ke Kota Bandung.

Proyek pembangunan Whoosh yang dimulai pada Januari 2016 itu, tercatat mulai beroperasi secara komersial pada Oktober 2023 lalu.

Setelah rampung dan dua tahun beroperasi, persoalan pun muncul, di antaranya PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengklaim, terus mengalami kerugian triliunan rupiah.

Oleh karenanya, kerugian tersebut jadi beban keuangan BUMN-BUMN Indonesia yang jadi pemegang saham mayoritas.

Kerugian ini terjadi karena KCIC harus menanggung beban utang, selama proses pembangunan hingga lahirnya sang kereta cepat tersebut.

“Kerugian operasional pun tak terelakkan. Menteri Keuangan memang bersikukuh bahwa beban ini bukan tanggungan APBN, melainkan sepenuhnya berada di pundak korporasi,” bebernya.

Baca Juga:Polemik Utang Whoosh hingga Adanya Pembengkakan Biaya, Komisi V DPR: Harus Dikaji Ulang!Menggangu Operasional Kereta, KCIC Bongkar Bangunan Ilegal di Jalur Whoosh Wilayah Padalarang

Namun Fajar berujar, persoalan Whoosh ini realitanya lebih kompleks. Sebagai konsorsium yang didominasi BUMN, kerugian KCJB pada akhirnya berpotensi berdampak tidak langsung pada publik.

“Misalnya mulai dari tertundanya proyek strategis lain yang lebih mendesak, hingga permohonan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk menutupi defisit,” ujarnya.

Fajar menyampaikan, akibat dari masih minimnya pengguna sehingga menimbulkan kerugian, dampak dari lahirnya Whoosh bahkan merambat ke berbagai sisi.

“Kualitas layanan berisiko stagnan, investasi baru terhambat, dan kepercayaan publik semakin terkikis,” imbuhnya.

“Dengan kata lain, meskipun negara berusaha menjaga jarak, gelombang efek finansial Whoosh pada akhirnya tetap akan sampai ke masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung,” pungkas Fajar. (Bas)

0 Komentar