Hari Sumpah Pemuda dan Nyala Lilin Perlawanan di Taman Cikapayang 

Hari Sumpah Pemuda dan Nyala Lilin Perlawanan di Taman Cikapayang 
Hari Sumpah Pemuda dan Nyala Lilin Perlawanan di Taman Cikapayang 
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Massa Front Mahasiswa Nasional (FMN) Bandung Raya, warga Sukahaji, dan massa aksi solidaritas memperingati Hari Sumpah Pemuda di Taman Cikapayang, Selasa (28/10) malam.

Selain berorasi, peserta aksi menyalakan lilin yang mereka sebut sebagai simbol nyala semangat dalam situasi yang mereka anggap kian gelap. Aksi ini, menurut koordinator lapangan Mai (21), sengaja digelar malam hari.

Dia mengatakan tujuan aksi mempertimbangkan kondisi di lapangan serta dorongan bagi basis anggota FMN untuk turut terlibat. “Karena kita sasarannya adalah gimana caranya basis anggota-anggota FMN ini bisa kita dorong untuk aksi,” ujarnya kepada wartawan di lokasi.

Baca Juga:NasDem Jabar Tebar Kepedulian di Hari Sumpah Pemuda, Kunjungi Panti Wreda BandungPemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu: Semangat Sumpah Pemuda dari Martasandy Group

Dalam aksi tersebut, FMN tidak hanya mengangkat isu Sumpah Pemuda. Mereka juga menyoroti situasi yang dialami warga Sukahaji dan berbagai persoalan yang disebut masih dihadapi pemuda Indonesia hari ini.

Mai mengatakan aksi ini sekaligus menyoroti keberadaan tahanan politik yang belum dibebaskan secara menyeluruh. Dia memandang penahanan aktivis sebagai indikasi, rezim sangat fasis dan ancaman terhadap aktivis dinilai semakin masif.

Mai juga menyinggung satu tahun pemerintahan Prabowo dan menyebut adanya perombakan regulasi seperti Undang-Undang TNI dan RKUHAP. Dia menilai perubahan tersebut dilakukan beriringan dengan tindakan represif di lapangan.

“Jadi satu tahun Prabowo singkatnya adalah terang sudah bahwa rezim ini adalah rezim yang sangat fasis,” katanya.

Sorotan FMN turut menyasar kondisi sosial ekonomi pemuda di Bandung. Mai menyebut lapangan pekerjaan semakin sempit sementara angka pengangguran melonjak. Dia mencontohkan munculnya fenomena ‘pocong’ di simpang-simpang lampu merah sebagai representasi minimnya pilihan hidup bagi anak muda.

Di sisi lain, kenaikan biaya kuliah dianggap mempersempit ruang gerak pemuda untuk mengakses pendidikan. Kondisi tersebut disebut membentuk situasi penindasan yang harus dihadapi generasi muda.

Melalui momen menyalakan lilin, massa aksi ingin menegaskan bahwa mereka masih hadir dan terus menyuarakan tuntutan. “Meskipun teman-teman kita yang lain ditangkap, kita tidak akan pernah takut,” ujar Mai.

Baca Juga:

Api yang menyala, menurutnya, dimaknai sebagai semangat saling menjaga dan berjuang bersama. “Tidak ada yang sendirian, saling solidaritas,” pungkasnya.

0 Komentar