Irama "Mistis" dari Bandung Timur: Benjang, Reak, dan Dogdog yang Menyatu dalam Nafas Alam

Irama \"Mistis\" dari Bandung Timur: Benjang, Reak, dan Dogdog yang Menyatu dalam Nafas Alam
Ilustrasi Reak di Bandung Timur (Jabarekspres)
0 Komentar

Sore di Bandung Timur punya irama sendiri. Awan masih menggantung di atas bukit Manglayang, sementara dari kejauhan terdengar bunyi dogdog yang dipukul berulang, “duk-dug, duk-dug” menggetarkan dada dan tanah.

Sadam Husen Soleh Ramdhani, Jabar Ekspres

Bagi masyarakat Bandung Timur, tiga hal ini Benjang, Reak, dan Dogdog, bukan sekadar hiburan rakyat. Mereka adalah bahasa spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam, jiwa, dan sesama.

Benjang lahir dari rahim silat tradisional Sunda. Ia bukan sekadar adu otot, melainkan tarian tubuh yang sarat filosofi. Sebelum bertarung, para pemain menggelar ritual “ngukus” membakar kemenyan, membaca doa, dan mengatur napas. Asapnya menebar harum getir yang menenangkan.

Baca Juga:Kembangkan Ekosistem Seni dan Budaya, Pemkab Bandung Resmikan Tiga Inovasi UnggulanPengelolaan Aset Pondok Seni Pangandaran Belum Maksimal, Komisi I Sarankan Kerja Sama

“Anak-anak diajari bukan cuma jurus, tapi napas dan hati, Kalau hati lagi panas, pasti kalah duluan.” kata Mang Udin, Pelatih Benjang asal Cibiru.

Banyak yang menganggap unsur ritual itu mistis, tapi sains memberi penjelasan rasional. Asap kemenyan mengandung senyawa aromatik seperti resin dan minyak atsiri yang merangsang sistem limbik otak pusat emosi dan fokus. Itu sebabnya pemain jadi lebih tenang, tubuh lebih siap menghadapi benturan.

Teknik pernapasan Benjang pun punya dasar ilmiah. Para pemain menahan udara di perut bawah (diafragma) dan menegangkan otot inti tubuh saat menerima pukulan. Dalam ilmu bela diri modern, ini dikenal sebagai “core tightening” cara alami melindungi organ dalam tanpa alat pelindung.

Maka, “kekebalan” yang terlihat bukan hasil mantra, melainkan buah dari latihan fisik, disiplin mental, dan sugesti positif.

Jika Benjang adalah wujud energi tubuh, maka Reak adalah ekspresi jiwa. Di Bandung Timur, terutama di daerah Ujungberung, Cibiru, dan Rancaekek, Reak dimainkan dalam acara syukuran panen, khitanan, atau peringatan kampung.

Arak-arakan Reak selalu ramai, tabuhan dogdog, terompet bambu, kecrek, dan gong berpadu dengan tari para penari topeng dan pemain kuda lumping.

“Reak itu bukan cuma tontonan, tapi ungkapan syukur dan doa, Lewat musik dan gerak, kami menghormati leluhur dan alam.” kata Ema Rukmana, pelaku Reak dari Ujungberung.

0 Komentar