Tak Hanya Faktor Gizi, Stunting di Cimahi Dipicu oleh Air Kotor dan Limbah Domestik

Tak Hanya Faktor Gizi, Stunting di Cimahi Dipicu oleh Air Kotor dan Limbah Domestik
Kondisi sungai di Cimahi yang mulai tercemar limbah domestik. (Dok. Jabar Ekspres)
0 Komentar

JABAR EKSPRES — Krisis sanitasi kembali mencuat di Kota Cimahi. Hingga tahun 2025, tercatat sekitar 20.548 rumah dari total 122.307 rumah di Cimahi belum memiliki septic tank, sehingga limbah domestik sebagian besar masih dibuang langsung ke sungai atau dibiarkan meresap ke tanah.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran serius karena berpotensi mencemari lingkungan, memicu penyebaran bakteri berbahaya seperti E. coli, dan meningkatkan risiko penyakit menular hingga stunting pada anak-anak.

Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Cimahi, Endang, mengungkapkan persoalan ini menjadi salah satu agenda besar pemerintah daerah yang perlu segera ditangani.

Baca Juga:Angka Stunting di Cimahi Kedua Tertinggi se-Jawa Barat, Sanitasi Buruk dan Urbanisasi jadi Faktornya?Stunting di Jabar: Pedesaan Turun, Perkotaan Melonjak Tajam

“Kebanyakan masyarakat masih mengalirkan limbah domestiknya langsung ke sungai atau ke tanah. Ini sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama terkait penyebaran bakteri E. coli yang dampaknya bisa sangat luas. Bahkan, salah satu agenda besar kita adalah kaitannya dengan masalah stunting,” ujar Endang, saat ditemui di Pemkot Cimahi, Senin (6/10/2025).

Disisi lain, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cimahi, Fitriani Manan, menegaskan sanitasi yang buruk menjadi salah satu faktor pemicu utama risiko stunting.

Menurutnya, keluarga miskin yang tidak memiliki septic tank dan akses air bersih yang layak sudah termasuk dalam kategori keluarga berisiko stunting, meskipun anak-anaknya belum menunjukkan gejala gizi buruk.

“Kalau keluarga miskin tidak punya septic tank, itu sudah masuk kategori berisiko stunting. Walaupun anaknya sekarang tidak stunting, tapi berisiko. Karena kalau air tercemar E. coli lalu dikonsumsi, anak bisa sering diare, dan itu menghambat pertumbuhan,” tegas Fitriani.

Ia menjelaskan, pencemaran air akibat limbah domestik menciptakan rantai masalah gizi dan kesehatan jangka panjang.

Menurutnya, ketika air tanah dan air permukaan terkontaminasi, masyarakat tidak hanya menghadapi penyakit harian seperti diare.

“Tetapi juga dampak kronis terhadap tumbuh kembang anak,” imbuhnya.

Dari sisi lingkungan hidup, kondisi kualitas air di Kota Cimahi kini berada dalam kategori tidak sehat.

Baca Juga:Cimahi Perkuat Kampung Keluarga Berkualitas, Stunting Jadi Fokus Utama PencegahanAngka Stunting di Pangalengan Turun Drastis, Kini Tinggal 1.200 Kasus

Kepala Bidang Penaatan Hukum Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi, Ario Wibisono, menyebut hasil pemantauan selama tiga tahun terakhir menunjukkan kualitas air di lima sungai utama, yakni Cibeureum, Cibaligo, Cihaur, Cimahi, dan Cisangkan terus menurun.

0 Komentar