JABAR EKSPRES – Suara riuh anak-anak bercampur dengan deru kipas angin kecil terdengar dari balik tenda berwarna putih di halaman SDN Kencana 1 Kota Bogor. Di bawah terik matahari siang, puluhan siswa tetap duduk rapi di bangku kayu dan mengikuti jalannya kegiatan pembelajaran.
Sudah hampir sekitar empat bulan para siswa ini menjalani kegiatan belajar di tenda sementara. Sejak sebagian bangunan sekolah dinyatakan tidak layak digunakan dan mulai dilakukan revitalisasi, proses belajar pun berpindah ke tenda yang berlokasi di seberang sekolah.
“Memang bangunannya sudah tidak layak, sempat juga kena musibah genteng jatuh ke bawah sampai menghancurkan satu kelas. Untungnya waktu itu hari Minggu, jadi tidak ada korban,” tutur Ria Susanti, guru SDN Kencana 1 saat ditemui di sela kegiatan belajar mengajar, Senin (6/10/2025).
Baca Juga:Atap SMKN 1 Cileungsi Runtuh, Inspektorat Kabupaten Bogor Buru Pelaksana PembangunanAngin Puting Beliung Landa Soreang, Rumah Hingga Atap Ruko Berterbangan
Ria menyampaikan, dari total 18 rombongan belajar, enam di antaranya yang terdiri dari kelas 3 dan 4, kini menempati tenda darurat. Sementara kelas lainnya masih bertahan di ruang kelas yang tersisa.
“Yang belajar di tenda itu hanya kelas 3 dan 4, totalnya ada enam rombel. Kalau kelas yang lain, kelas 1, 2, 5,6 itu masih di ruang kelas karena masih ada beberapa yang bisa digunakan,” katanya.
Kondisi belajar di tenda ini pun membuat sekolah harus menyesuaikan jam pelajaran. Anak-anak belajar dalam dua sesi, pagi dan siang, dengan durasi hingga pukul 14.00 WIB.
“Kalau belajar sampai sore tentu tidak mungkin, jadi jamnya dikurangi. Yang penting anak-anak tetap bisa belajar,” ujarnya.
Di bawah tenda sederhana itu, meja, kursi, dan papan tulis dari kelas lama ikut dipindahkan agar suasana belajar tetap terasa seperti di ruang kelas. Fasilitas tenda sendiri merupakan bantuan dari BNPB setelah pihak sekolah mengajukan permohonan kepada pemerintah.
Meski cuaca kerap panas dan ruang terbatas, semangat siswa tidak surut. Ria mengaku tidak ada keluhan berarti dari orang tua murid. Sebaliknya, mereka justru mendukung agar kegiatan belajar tetap berjalan.
“Orang tua dan anak-anak tidak masalah. Mereka sudah menyetujui dari awal, yang penting kegiatan belajar tidak terhenti dan fasilitas juga tetap memadai,” ujarnya.
