“Kalau misalnya dia punya anak, bayi usia satu tahun, lalu berasal dari keluarga miskin, tidak punya septic tank, itu sudah masuk keluarga berisiko stunting. Walaupun saat ini anaknya tidak stunting, tapi berisiko stunting,” tegasnya.
Ia mencontohkan, lingkungan yang tidak sehat dapat memperparah kondisi. Ia menganalogikan kalau lingkungan tidak sehat, misalnya tidak ada septic tank, itu bisa mencemari air permukaan.
“Manakala air tersebut dikonsumsi untuk diminum, mungkin air tersebut sudah tercemar, mengandung bakteri E.coli yang tinggi. Itu bisa membuat anaknya bolak-balik diare, akhirnya pertumbuhannya terganggu,” ujarnya.
Baca Juga:Lonjakan Stunting di Cimahi Capai 22,3 Persen, Jadi Tertinggi Kedua di Jawa BaratStunting di Bandung Barat Tembus 30,8 Persen, Jauh di Atas Rata-rata Nasional
Fitriani menegaskan, percepatan penurunan stunting tidak bisa ditangani oleh satu dinas saja.
“Upaya percepatan penurunan stunting itu memang tidak bisa melibatkan satu dinas saja. Pasti melibatkan beberapa dinas termasuk masyarakat, pokoknya semua unsur,” tandasnya. (Mong)
