JABAR EKSPRES – Kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) kembali terjadi di Kabupaten Sleman, DIY.
Setelah sebelumnya menimpa ratusan siswa di Mlati, insiden serupa kini dialami oleh ratusan pelajar di SMP Negeri 3 Berbah pada Rabu (27/8/2025).
Berdasarkan catatan, ini merupakan kejadian ketiga dalam beberapa bulan terakhir.
Kasus pertama terjadi pada 23 April 2025, ketika 31 siswa SDIT Bakti Insani mengalami gejala mual dan muntah usai menyantap MBG.
Baca Juga:Samsung Galaxy S25 FE Resmi Diumumkan, Ini Jadwal Peluncuran dan Bocoran SpesifikasinyaPersib Bandung Resmi Gaet Thom Haye dan Federico Barba
Disusul kasus kedua pada 13 Agustus 2025 yang lebih besar, dengan 379 siswa dari empat sekolah di Mlati mengalami keracunan massal.
Ratusan Pelajar Alami Gejala Keracunan MBG
Di SMPN 3 Berbah, jumlah populasi yang mengonsumsi MBG mencapai 378 siswa dan dua guru.
Dari jumlah tersebut, 135 siswa dan dua guru dilaporkan mengalami gejala keracunan.
Mereka mengeluh sakit perut, mual, muntah, pusing, hingga demam. Bahkan, 29 siswa di antaranya juga mengalami diare.
Sebagian korban menjalani perawatan jalan di RSUD Prambanan maupun Puskesmas Berbah.
“Menu yang dikonsumsi saat itu berupa nasi kuning, telur dadar, abon, kering tempe, timun, dan jeruk,” jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sleman, Khamidah Yuliati.
Investigasi Penyebab Masih Berlangsung
Meski banyak pihak menduga penyebab keracunan berasal dari MBG, Kepala SMPN 3 Berbah, Siti Rochmah Nurwati, mengaku belum bisa memastikan.
Baca Juga:Inovasi KKN Kelompok 19 Bhakti Kencana University: TPS Minim Asap Ramah LingkunganViral Menu Makan Bergizi Gratis di Sekolah Dasar Dibuang Murid karena Basi
Pasalnya, hanya satu sekolah yang terdampak dan tidak semua siswa mengalami gejala.
“Semua makanan didistribusikan serentak, tidak ada kloter. Jadi masih menunggu hasil investigasi resmi,” ungkapnya.
Untuk memastikan penyebab, petugas telah mengambil sejumlah sampel, mulai dari air sekolah, makanan kantin, hingga jajanan kaki lima di sekitar lingkungan sekolah.
Prosedur Distribusi MBG Sudah Diterapkan
Menurut pihak sekolah, prosedur distribusi MBG sebenarnya sudah dijalankan sesuai standar.
Setiap makanan yang datang diperiksa kelayakannya, kemudian dibagikan ke siswa.
Setelah dikonsumsi, wadah dan sisa makanan dikembalikan ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Hal ini dilakukan agar makanan tidak dibawa pulang, menghindari risiko basi atau tidak dikonsumsi oleh siswa.
“Sekitar 10 persen dari total makanan juga selalu dicicipi lebih dulu untuk memastikan kelayakan,” jelas Siti Rochmah.
