Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita memahami potensi ancaman ini dan mengetahui langkah mitigasi sedini mungkin.
Penjelasan Ilmiah Sesar Lembang
Menurut kajian para ahli, Sesar Lembang bergerak dengan kecepatan rata-rata sekitar 4 hingga 6 milimeter per tahun. Angka ini memang terlihat kecil, sehingga sebagian orang mungkin menganggapnya tidak berbahaya. Namun, yang perlu dipahami, nilai tersebut adalah rata-rata tahunan. Bisa saja Sesar Lembang tidak bergerak sama sekali selama ratusan hingga ribuan tahun, tetapi sekali bergerak, pergeserannya bisa mencapai puluhan meter.
Bayangkan, jika sesar sepanjang 29 kilometer itu bergeser sejauh puluhan meter, betapa dahsyat kekuatan yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian dan simulasi yang dilakukan BMKG dan BRIN, Sesar Lembang berpotensi menimbulkan gempa dengan magnitudo 6 hingga 7.
Baca Juga:10 Game Android Terbaru 2025 Paling Seru, Ringan, dan Wajib DicobaGagal Bayar Pinjol? Ketahui Hak Hukum Anda agar Tidak Ditipu Oknum
Sebagai gambaran, gempa berkekuatan 6–6,9 magnitudo saja sudah dapat menyebabkan banyak kerusakan di wilayah padat penduduk. Sementara gempa 7 ke atas tergolong sangat besar, dengan potensi kerusakan serius dalam radius puluhan kilometer.
Namun, yang membuat ancaman ini semakin berbahaya bagi Bandung Raya bukan hanya kekuatan gempanya, melainkan juga faktor penguatan guncangan akibat kondisi geologi wilayah Bandung.
Pada zaman purba, Bandung merupakan sebuah danau raksasa yang kemudian perlahan mengering dan berubah menjadi kota besar seperti sekarang. Secara geologi, wilayah Cekungan Bandung tersusun atas lapisan endapan danau purba yang sangat rentan terhadap risiko gempa. Lapisan ini didominasi oleh tanah lunak berupa endapan lumpur organik, yang berada jauh di bawah permukaan.
Penelitian menunjukkan bahwa di beberapa daerah, seperti Gedebage, lapisan tanah lunak ini dapat mencapai kedalaman hingga 30 meter dengan kandungan air yang sangat tinggi, lebih dari 200%. Nilai angka porinya bahkan lebih besar dari 4, yang berarti tanah memiliki rongga besar dan sifat sangat kompresibel.
Catatan penelitian Malik Ibrahim, ahli geologi asal Bandung, serta riset seorang peneliti Belanda bernama Rindam sekitar 30 tahun lalu, mendukung fakta ini. Pengeboran hingga kedalaman 100 meter di Bojongsoang dan Margahayu menemukan lapisan lumpur tebal yang tersusun dari endapan danau purba, bahkan hingga kedalaman 30 meter belum ditemukan lapisan tanah padat.
