JABAR EKSPRES – Proyek normalisasi drainase yang mangkrak di Jalan Raya Rancaekek-Majalaya, tepatnya di wilayah Kampung Rancabatok, RW09 dan RW22, Desa Rancaekekwetan, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung membuat warga kian resah dan geram.
Bagaimana tidak, pembongkaran drainase yang dilakukan oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung sejak Maret 2025 lalu itu, dijanjikan rampung pengerjaannya usai hari raya Idulfitri.
Akan tetapi, proyek normalisasi drainase itu, hanya sebatas pembongkaran saluran air sepanjang 400 meter, sampai saat ini dibiarkan mangkrak.
Baca Juga:Warga Lebaksari Ngamprah Protes, Janji Penanganan Banjir Cuma RetorikaPeringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Tengah, Ini Acara yang Bisa Kamu Ikuti
Tokoh Masyarakat yang juga mantan Kadus 04 Desa Rancaekek Wetan, Didin Sahidin mengatakan, proyek yang mangkrak tersebut kian membuat kondisi wilayah semakin kumuh.
“Kayu-kayu makin rapuh, ditambah semalam hujan deras, ancaman kecelakaan semakin besar,” katanya kepada Jabar Ekspres, Selasa (12/8).
Proyek normalisasi drainase yang mangkrak itu, dijelaskan Didin bertujuan untuk mengatasi permasalahan banjir yang kerap menghantui warga.
Akan tetapi, setelah saluran air dibongkar kondisi tetap sama alias banjir masih menggenangi setiap hujan deras. Bahkan dampak negatif lainnya, tak sedikit warga atau pejalan kaki hingga pengendara mengalami kecelakaan.
“Dulu banjir sekarang tetap banjir. Karena selokan (saluran air) dibongkar ini jadi bahaya, sering ada yang kejebur (terperosok), karena genangan air menutupi jalan dan gak terlihat selokan juga,” jelasnya.
Didin menerangkan, banjir yang menggenang bahkan sempat membuat jembatan darurat warga terangkat, kemudian terbawa arus sampai akhirnya dibawa oknum tak bertanggung jawab.
“Saling klaim dan memicu konflik sosial di wilayah. Jadi ada beberapa jembatan kayu kita buat lagi secara swadaya,” terangnya.
Baca Juga:RS Hasan Sadikin Gunakan Gaslink CNG dari PGN Gagas, Pelayanan Kesehatan Kini Lebih Efisien dan Ramah LingkungKomitmen dalam Pemenuhan Hak Anak, Jateng Kembali Diganjar Penghargaan Provinsi Layak Anak
Melalui pantauan Jabar Ekspres di lokasi, terlihat genangan air menutupi jalan serta saluran drainase yang sudah dibongkar. Baik pejalan kaki maupun pengendara, cukup sulit mengetahui batas pinggiran bahu jalan.
Dampaknya, ancaman kecelakaan cukup besar potensinya. Kayu-kayu jembatan darurat yang kian rapuh, terpantau menghiasi bahu jalan menjadi kumuh, akibat mangkraknya proyek tersebut.
Didin mengungkapkan, selain dari derasnya hujan, banjir semakin tinggi genangannya seiring waktu, karena aliran air dikirim dari arah utara.
