JABAR EKSPRES — Isu beras oplosan yang mencuat beberapa waktu lalu tak begitu berdampak pada perilaku belanja masyarakat di sejumlah Pasar Kosambi, Kota Bandung.
Meski belum ditemukan indikasi pelanggaran, pedagang menyebut konsumen kini lebih waspada.
“Yang belanja sebelum membeli suka nanya soal beras itu,” kata Andri (35), pedagang beras di Pasar Kosambi kepada Jabar Ekspres, Jumat (25/7).
Baca Juga:Kontroversi Seleksi BAZNAS Kota Banjar, Dugaan Nepotisme dan Politisasi Lembaga Zakat MenguatMenko Klaim Kesepakatan Dagang dengan AS Tingkatkan Kepercayaan Terhadap Prospek Ekonomi Indonesia
Menurutnya, inspeksi mendadak dari Dinas terkait sempat ilakukan pada awal bulan ini, khusus untuk menindaklanjuti isu beras oplosan. Selain itu, Bulog juga melakukan sidak sebagai bagian dari upaya stabilisasi harga.
Dia mengatakan penjualan sejauh ini masih stabil. Namun, ia berharap upaya stabilisasi harga pun dari pemerintah dilakukan tanpa melibatkan perantara.
“Semoga sistemnya langsung, Bulog turun tangan ke toko. Bukan sama perantara,” ujarnya.
Andri menambahkan, pada masa lalu, saat harga beras melonjak, subsidi dari pemerintah diberikan langsung kepada pedagang.
“Waktu itu per lima kuintal disubsidi. Jadi minta ada perbaikan soal kebijakan stabilisasi harga beras,” katanya.
Sementara pedagang beras lainnya, Dedi (61), mengaku hal serupa pun dialami para pedagang beras di Pasar Kiaracondong.
Menurutnya, para pembeli saat ini lebih banyak bertanya soal keamanan beras yang mereka jual.
Baca Juga:Kemenhub : Kebijakan Transportasi Online Dipastikan Adil-BerkelanjutanTinjau Karhutla di Riau, Kapolri: Masih Terkendali
Namun dirinya memastikan, dampak dari isu beras oplosan tidak terlalu mempengaruhi daya beli masyarakat saat ini.
“Iya jadi ada yang nanya. Tapi pembeli mah masih ada. Masalahnya satu itu kan masalah beras oplosan dan beras plastik. Saya kan dari heler. Saya pembeli dan menjual. Saya menjual saja. Saya pastikan aman,” pungkasnya.
Reporter: Muhammad Nizar
