JABAR EKSPRES – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa sejak awal tahun 2025, sebanyak 21 anak balita di Jalur Gaza meninggal dunia akibat malnutrisi. Hal ini menandai peningkatan drastis dalam jumlah korban kelaparan di wilayah konflik tersebut, sebagaimana diungkapkan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi pers di Jenewa pada Rabu.
Dalam laporan terpisah di hari yang sama, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa setidaknya 10 orang meninggal dunia akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir, sehingga total korban jiwa mencapai 111 orang.
“2,1 juta orang yang terjebak di zona perang, di Gaza, menghadapi pembunuh lain selain bom dan peluru – kelaparan. Kini kita menyaksikan lonjakan kematian akibat malnutrisi. Sejak 17 Juli pusat-pusat malnutrisi akut parah penuh sesak tanpa pasokan makanan darurat yang memadai. Pada 2025 WHO telah mendokumentasikan 21 kematian akibat malnutrisi pada anak-anak di bawah usia lima tahun,” ujar Tedros.
Baca Juga:Israel Dikecam atas Penahanan Administratif terhadap Ribuan Warga PalestinaRedmi Note 13 Pro+ 5G: Smartphone Rasa Flagship dengan Kamera 200 MP dan Fast Charging Super Cepat
Ia menambahkan bahwa pusat-pusat penanganan malnutrisi akut yang ada sejak 17 Juli telah penuh dan tidak memiliki cukup pasokan makanan darurat.
WHO menyatakan bahwa lebih dari 10 persen populasi di Gaza kini menderita malnutrisi akut. Kondisi ini juga berdampak pada ibu hamil dan menyusui, dengan lebih dari 20 persen di antaranya mengalami malnutrisi serius.
Tedros menyoroti bahwa hambatan dan pembatasan terhadap distribusi bantuan kemanusiaan turut memperparah krisis kelaparan yang terjadi. Ia juga menyebut bahwa 95 persen rumah tangga di Gaza menghadapi krisis air bersih, dengan akses air harian yang jauh dari kebutuhan dasar untuk konsumsi, memasak, dan kebersihan.
“95 persen rumah tangga di Gaza menghadapi krisis air yang parah, dengan akses harian jauh di bawah kebutuhan minimum untuk minum, memasak, dan kebersihan,” katanya.
Kondisi ini semakin memburuk sejak Januari, ketika Israel melarang aktivitas Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Gaza, setelah menuduh beberapa pegawainya terlibat dalam serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023. Serangan tersebut memicu eskalasi besar dalam konflik dan memicu pengepungan total Israel terhadap Gaza.
Belakangan, distribusi bantuan kemanusiaan mulai dikendalikan oleh Israel melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung oleh Amerika Serikat, dengan distribusi bantuan yang dipusatkan di bagian selatan Gaza.
