“Kami kesulitan memaksimalkan pelayanan, termasuk dalam menambah jumlah Sambungan Rumah (SR) pelanggan baru,” ujar Fitrah Nurkamilah menambahkan.
Dampak dari kondisi pipa yang buruk ini, lanjut Fitrah, sangat dirasakan langsung oleh masyarakat. Gangguan pasokan air, tekanan air yang lemah, dan kualitas air yang terkadang menurun akibat masuknya kontaminan saat terjadi kebocoran atau perbaikan, menjadi keluhan yang sering muncul.
“Selain itu, kondisi infrastruktur yang sudah rapuh ini juga membatasi kemampuan Perumdam untuk memperluas jaringan pelayanan,” kata dia.
Baca Juga:Pemkot Bandung Belum Kaji Jam Masuk Sekolah Intruksi Pemprov Jabar, Fokus Selesaikan SPMBSelain Soroti Lampu Stadion Padam, Marcos Santos Ungkap Kelelahan Pemain Jadi Faktor Arema FC Kalah dari Oxfor United
Kebutuhan dana Rp63 miliar untuk mengganti 21 kilometer pipa tua tersebut mencerminkan besarnya tantangan infrastruktur yang dihadapi Kota Banjar dalam sektor air minum.
Revitalisasi ini bukan hanya sekadar penggantian aset, tetapi merupakan investasi penting untuk menjamin hak dasar warga atas air bersih, meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung pembangunan kota secara berkelanjutan.
“Tanpa revitalisasi pipa utama terlebih dahulu, upaya untuk meningkatkan cakupan pelayanan dan menambah pelanggan akan sangat terhambat. Pipa utama yang baru dan kokoh adalah prasyarat dasar untuk pengembangan jaringan distribusi yang lebih luas dan andal,” kata dia. (CEP)
