“Kalau ngomongin yang dibutuhkan, suara itu harus keluar setelah kita paham. Tidak bisa seenaknya, bukan malah bikin huru-hara karena mengetahui ideologi,” cetusnya.
Bagi Dialog Dini Hari, suara harus tumbuh bersamaan dengan kesadaran. Bukan sekadar kritik, tetapi juga refleksi. Menurutnya Indonesia butuh suara-suara itu. Tapi semuanya terdengar sumbang.
Dalam tur ini, mereka bukan hanya memainkan lagu, tapi juga menyetel ulang frekuensi. “Dialog Dini Hari, band ini jadi mesin. Oke, kami jadi tunner-nya. Kalau kamu bego dan bodoh akan di sini, kalau rajin akan di sini. Jadi kami memberi pilihan,” tegasnya
