JABAR EKSPRES – Angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Bandung masih menjadi perhatian serius. Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat, sepanjang tahun 2024, sebanyak 44 ibu meninggal dunia saat proses persalinan.
Tingginya angka ini menempatkan Kabupaten Bandung di posisi lima besar kasus kematian ibu terbanyak di Jawa Barat.
“Iya, tinggi. Kita nomor lima kematian ibu, tetapi walaupun kelima ataupun keberapa pun, intinya kalau masih tinggi kematian, kami akan terus berupaya untuk menurunkannya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Yuli Irnawati Mosjasari, saat dikonfirmasi, Jumat (13/6/2025).
Baca Juga:Minim Keterwakilan Perempuan dalam Politik, Pendidikan Politik Jadi Langkah Strategis di Kota CimahiLegislator Jabar Sambut Baik Pelonggaran Rapat Pemerintah di Hotel
Menurut Yuli, penyebab dominan dari kasus kematian tersebut adalah keterlambatan ibu hamil dalam mengakses layanan kesehatan. Banyak yang baru datang ke fasilitas kesehatan saat usia kandungan mendekati waktu melahirkan.
“Memang banyak yang datangnya itu setelah mau melahirkan. Padahal kalau dari awal datang, misalnya mulai hamil 1 bulan, itu bisa terdeteksi lebih cepat kalau ada penyakit atau faktor risiko,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa pemeriksaan kehamilan seharusnya dilakukan minimal enam kali selama masa kehamilan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan di Posyandu, Puskesmas, atau rumah sakit.
“Setiap ada kematian langsung dilakukan audit. Audit itu dipelajari penyebabnya apa, kenapa, terus dilakukan perbaikan, baik dari segi apapun. Kita harus mencari pencegahan-pencegahan agar bisa terdeteksi lebih awal,” katanya.
Untuk menekan angka kematian, Dinkes Kabupaten Bandung menggandeng berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Kolaborasi ini diarahkan untuk menyusun strategi penguatan layanan kesehatan ibu dan anak.
“Yang pertama, kita meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan, baik perawat maupun bidan, di rumah sakit dan di Puskesmas. Kedua, kita juga melengkapi sarana dan prasarana pemeriksaan ibu hamil dan balita. Ketiga, terus dilakukan edukasi kepada masyarakat agar sadar pentingnya pemeriksaan sejak awal kehamilan,” papar Yuli.
Salah satu inovasi yang kini berjalan adalah pendampingan dokter spesialis dari rumah sakit terhadap bidan dan dokter di Puskesmas, khususnya di wilayah pedesaan. Program ini tidak hanya mencakup pelatihan teori, tapi juga praktik langsung.
