Anton berujar, orang-orang Cimande ini aktif, kebetulan banjir bertubi-tubi datang, makanya mereka semakin ingin menyampaikan konsep leluhur Sunda, untuk menghindari dari Balay atau bencana.
“Jadi kalau misalkan kenapa rekan-rekan di Cimande aktif, karena mereka ini ingin menyampaikan konsep yang insyaAllah bukan kaleng-kaleng, bahkan sudah dibuktikan oleh rekan-rekan akademisi di Unpad, ITB bahkan Osaka Jepang,” ujarnya.
“Diharapkan Pemerintah Kabupaten Sumedang dapat menerapkan metoda Patanjala ini, untuk mengola sungai agar terhindar dari Balay atau bencana ke depannya,” pungkas Anton. (Bas)